Kawan, kali ini aku mau nampilin dua sub-bab terjemahan dari buku Zizek, First as Tragedy Then as Farce [Awalnya Tragedi, lantas Dagelan], terbitan Verso, 2009, yaitu Ketertutupan Baru Milik-Komunal dan Sosialisme atau Komunisme dari Bab Hipotesis Komunisme. Ini adalah bagian dari sejumlah buku Zizek (total sudah 7, yang sudah selesai Sublime Object of Ideology, Looking Awry, Living in the End Times dan First as Tragedy Then as Farce, sementara yang setengah jalan adalah The Plaque of Fantasy, The Parallax View, dan In Defence of Lost Causes) yang aku terjemahkan dalam bahasa Indonesia, dan rencananya tak tampilin di blog ini, per bab.
Tapi aku perlu ngingetin sejak awal bahwa aku percaya dengan prinsip copy-left, sehingga semua materi tentang Zizek yang aku punya berasal dari situs-situs gratisan library.nu [dulu gigapedia], 4shared, scribd dan semacamnya. Tapi aku juga berkeyakinan kalau 'dosa' kejahatan ini akan terhapus kalau aku juga menyebarkannya ulang kepada publik dengan cuma-cuma. Karena itu untuk penerbitan materi ini aku gak dapat ijin dari Zizek maupun Verso, tapi mengingat semangat mereka, kayaknya mereka gak akan keberatan deh.
Alasan Bab ini menarik, karena memperjelas posisi Zizek, sebenarnya komunis seperti apa sih sosok kontroversial ini.Disini Zizek menjelaskan bahwa hipotesa yang diwariskan oleh Marx ternyata, tidak saja hari ini masih aktual, tapi masih sangat relevan dalam menjelaskan tentang konsekuensi dari kapitalisme yang akan mengarahkan peradaban pada jalan buntu, dan menjadikan manusia menjadi proletar secara global, atau memakai istilah Giorgio Agamben, menjadikan kita semua sebagai Homo Sacer.
Ada empat kontradiksi mendasar yang menurut Zizek hari ini dihadapi oleh sejarah umat manusia yang telah dihasilkan oleh konstelasi politico-ideologis kapitalisme global, dan tidak mungkin diselesaikan oleh sistem itu sendiri, melainkan oleh jenis komunisme, yang juga baru dan berbeda dengan komunisme abad 20, yang oleh Zizek juga sudah berkali-kali ditekankan, adalah sebuah kegagalan total yang besar.
Keempat kontradiksi yang dimaksud Zizek adalah, pertama ancaman bencana ekologis akibat konsumsi energi berbasis karbon yang telah memicu pemanasan global; kedua perkembangan teknologi informasi yang menyebabkan kebuntuan mekanisme hak atas kekayaan intelektual dan sarana informasi dan komunikasi menjadi berada di luar sana [Clouds] dan dikuasai hanya oleh segelintir orang, ketiga perkembangan teknologi bio-genetika yang menjadikan warisan genetis umat manusia dan lingkungan ekosistem bisa dimanipulasi, dan lagi-lagi, dikuasai oleh hanya segelintir korporasi, dan terakhir, semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang terpinggirkan oleh sistem dan menjadikan mereka sebagai bagian dai bukan-bagian, mereka yang hidup diluar pagar gated-community, dan sebagainya.