Selasa, 15 November 2011

Pembelaan atas Cita-cita yang kalah... (IDoLC pengantar)

Kawans,
Posting berikut adalah pengantar dari buku In Defense of Lost Causes (Verso, 2008), buku pertama dari ’trilogi’ karya Komunis Zizek, IDoLC, First as Tragedy Then as Farce, dan ditutup dengan Living in the End Times (lantas dilengkapi dengan mengedit dan menulis satu artikel di buku keroyokan The Idea of Communism).
Ada banyak hal yang, bagi saya, sangat menarik dari buku ini; pertama, Zizek untuk kali pertama dengan sistematis menjelaskan tentang gagasan Komunisme apa yang selama ini dia anut; kemudian, Zizek juga secara sistematis menggugat perkembangan pemikiran postmodern dan poststrukturalis yang telah mengebiri subyek; berikutnya Zizek juga memulihkan konsepsi totalitarianisme dan teror populis sebagai sesuatu yang tidak serta-merta horor dan kekerasan; dan ditutup dengan sebuah strategi yang cukup sistematis, tentang apa yang harus dilakukan oleh subyek emansipatoris untuk memulihkan Cita-cita yang kalah, yaitu cita-cita Komunis.
Sedangkan dalam hal yang trivial, buku ini juga memicu banyak kontroversi dengan gambar sampul yang ‘mengundang’ memori horor dari teror populis akibat Revolusi Prancis, yaitu sebuah gambar Guillotine, dan memiliki sentuhan yang sangat personal, yaitu baris persembahan bagi ‘fellow traveller’ [rekan pengelana] Alain Badiou:
Zizek dan Badiou dalam sebuah ceramah bersama
Suatu ketika, Alain Badiou duduk diantara peserta di dalam sebuah ruangan dimana saya sedang memberikan ceramah, ketika ponsel-nya (yang membuat saya semakin malu, ponsel itu adalah punya saya yang saya pinjamkan ke dia) tiba-tiba berbunyi dengan nyaring. Bukannya mematikan ponsel itu, dia dengan sopan meminta saya untuk bicara lebih pelan, supaya dia bisa mendengar suara penelepon itu dengan lebih jelas...Kalau ini bukan bentuk pertemanan sejati, berarti saya tidak tahu apa itu pertemanan. Maka, buku ini saya dedikasikan untuk Alain Badiou.
 

Minggu, 13 November 2011

Manifesto Subyek Cartesian - TS (pengantar)

Sesosok Hantu Tengah Membayangi Dunia Akademis Barat..., yaitu hantu subyek Cartesian. Semua kelompok akademis telah membentuk aliansi suci untuk mengusir hantu ini. Kelompok Obskurantis New Age dengan kalangan dekonstruksionis postmodern; kalangan teoritisi komunikasi Habermasian dengan pendukung pemikiran Being Heideggerian; para ilmuwan sains kognitif dengan kalangan Ekologis Radikal; kalangan (post)Marxist kritis dengan kaum feminis. Dimana ada orientasi akademis yang tidak mengalami dituduh oleh lawannya sebagai masih belum sepenuhnya meninggalkan warisan Cartesian? Dan mana ada kelompok yang tidak melontarkan tuduhan mendukung subyektivitas Cartesian terhadap lawannya yang mengkritik secara lebih ‘radikal, maupun lawannya yang reaksioner?

Kamerads,
Familier dengan tata kalimat diatas? Ya, mengambil gaya bahasa Manifesto Komunis, kalimat itu adalah kalimat pembuka dalam buku The Ticklish Subject (Verso, 1999), buku Zizek yang, bagi saya, merupakan titik balik posisi politik Zizek, dari pemikir Kiri jadul dan Idealisme Jerman yang medhok, ‘pengusung’ cultural studies dengan ketajamannya memakai konsepsi Lacanian untuk meneropong budaya populer, menjadi seorang pemikir yang radikal dan emoh dengan berbagai macam tabu intelektual (termasuk politik totalitarian!) Tidak tanggung-tanggung, Zizek dengan manifesto ‘Pemulihan Cartesian’ ini menantang semua orang sekampung, yaitu hampir semua aliran pemikiran yang bertajuk ‘pemikiran kritis’, sekaligus menegaskan pemisahan dan pemihakannya dengan sejumlah pemikir radikal lainnya.
Ernesto Laclau (yang bisa dibilang telah berjasa memberi Zizek tiket untuk penerbitan pertamanya dalam bahasa Inggris), juga Jacques Ranciere dan Etienne Balibar (dua orang pemikir neo-Marxist ternama), juga Alain Badiou (sejawat sesama santri psikoanalisa Milnerian) dan tidak ketinggalan, Judith Butler (pengusung subyek ‘post-seksual’ dan ‘nabi’nya multikulturalisme, hence cultural studies), disikatnya tanpa ampun. Sebuah posisi yang sangat beresiko, memang, karena para pemikir ini seharusnya bisa menjadi para sekutu alaminya diranah pemikir Kiri (dan kecuali Alain Badiou, akhirnya Zizek memang ‘berpisah jalan’ dengan sejumlah pemikir yang digasak Zizek disini).
Belakangan, pada tahun 2000, terbit buku berjudul, Contingency, Hegemony, Universality, yang juga ditulis bersama dengan Judith Butler (pemikir yang dalam buku ini juga disikat Zizek dalam hal posisi post-strukturalisnya) sebagai sebuah buku yang menampilkan perdebatan terbuka antar ketiga pemikir ini, dan secara berseloroh oleh Zizek disebut sebagai sebuah karya orgy. Perpisahan ini baru bisa ‘dirujukkan’ kembali pada tahun 2010 setelah kesemua pemikir diatas bersama Zizek secara keroyokan menulis buku The Idea of Communism.

Kamis, 10 November 2011

The Parallax View - Pengantar


Kamerads,
Posting ini adalah pengantar dari salah satu buku yang, menurutku, kayaknya adalah salah satu buku terbaik Zizek (dan Zizek sendiri pernah bilang klo buku ini adalah salah satu buku yang dia paling suka nulisnya, karena full theory, alias buerat), yaitu The ParallaxView, Terbitan MIT Press, 2006. Buku ini banyak mengupas penjelasan filosofis dari sejumlah fenomena penting hari ini yang dibagi dalam tiga tema utama, yaitu; problema ontologis masyarakat modern, perkembangan sains terbaru, dan masalah kebuntuan politik global.
Bagian pengantar ini berisi penjelasan konseptual tentang apa yang dimaksud dengan paralaks, yaitu kira2, sebuah cara memandang dua buah fenomena berbeda, yang sebenarnya mungkin dengan cara pandang biasa kita akan kesulitan menemukan titik temunya, tapi kalau kita lihat dengan cara paralaks ini, ternyata saling terkait erat.
Zizek kemudian memakai berbagai contoh dari bagaimana cara pandang paralaks ini bekerja, dimulai dengan berita di media tentang dua kejadian yang tampaknya sama sekali tidak berkaitan, yaitu tentang pemakaian pertama seni modern sebagai bagian dari alat penyiksaan dan kabar tentang kejadian yang sebenarnya dari kematian Walter Benjamin, tokoh Marxist di sekitar 1940an, sampai dengan, dan bukan Zizek namanya kalau tidak memakai contoh yang saru, menjlentrehkan tentang berbagai tafsir atas tindakan seksual, yang dibahas habis di 3 bab penghujung pengantar ini.
Dan karena saya juga, mengklaim diri, sebagai Zizekian par excellence, tentu saja bagian ini adalah yang saya highlight dengan satu kutipan panjang:
...‘progres’ dialektisnya harus melalui serangkaian variasi terkait dengan relasi antara wajah, alat kelamin, dan bagian tubuh lainnya, dan cara pemakaian masing-masing; organ tetap sebagai phallus, tapi bukaan/lubang [opening] yang akan dimasuki (dipenetrasi) berubah (anus, mulut). Lantas, melalui semacam ‘negasi dari negasi’, tidak hanya obyek yang harus dipenetrasi saja yang berubah, tapi totalitas dari orang yang menjadi pasangan juga beralih menjadi kebalikannya (homoseksualitas). Dengan perkembangan yang lebih lanjut, tujuan seks itu sendiri bukan lagi orgasme (fetisisme). Ngobek [fist-fucking] melengkapi rangkaian ini dengan sebuah sintesis yang mustahil dari tangan (organ dari kegiatan instrumental, untuk bekerja keras) dan vagina (organ penghasil sikap pasif ‘spontan’). Tangan (fokus dari kerja yang terencana, tangan sebagai bagian organ tubuh kita yang paling terkontrol dan terlatih) menggantikan phallus (wujud par excellence dari organ tubuh yang diluar kendali pikiran kita, karena ereksi bisa terjadi datang dan pergi diluar kehendak kita. Salah satu guyonan tentu saja, benda apa yang paling ringan? Penis, karena dia bisa kita angkat hanya dengan pikiran)
...dalam masturbasi maskulin, vagina, organ pasif paripurna, digantikan oleh tangan, organ aktif paripurna yang mempasifkan phallus itu sendiri.
Namun, ada kesimpulan yang kemudian ditarik oleh Zizek, yang membuat saya langsung lemes dan tidak lagi merasa percaya diri untuk bisa menjadi seorang Zizekian yang taat, karena Zizek lantas bilang:
bagi seorang filsuf sejati ada lebih banyak hal lain yang lebih menarik daripada seks.
Diamput, Ampun Slavojjjj....

Rabu, 09 November 2011

Ceramah Zizek di StMarks

Kawans,  
Masih seputar gerakan protes global, posting Zizek kali ini adalah transkrip dari ceramah di toko buku St Marks, sebuah toko buku independen di kota New York. Yang menarik dari ceramah kali ini, Zizek membedah reaksi, baik dari proponen maupun skeptis, atas gerakan Occupy melalui kacamata psikoanalisa: khususnya konsepsi Melankoli, Pelarangan [Prohibitions] dan Perkabungan [Mourning] Freudian, dan konsep Lacanian yaitu; obyek hasrat [object of desire] atau sesuatu yang kita hasrati/inginkan dan obyek penyebab hasrat [object cause of desire] atau sesuatu dalam obyek itu yang membuat kita menginginkannya/menghasratinya.
Penjabaran tentang obyek hasrat dan obyek penyebab hasrat ini sebenarnya sangat mumpuni untuk menerangkan berbagai persoalan sehari-hari yang kita hadapi sebagai individu, maupun persoalan yang berdimensi sosial lebih luas. Dalam berbagai kesempatan (ceramah maupun buku, misalnya Looking Awry, How to Read Lacan), Zizek sudah banyak mengupas tentang konsep Lacanian ini, dengan contoh2 memakai budaya populer (film, novel dan sebagainya) serta kadang contoh dari pengalaman roman pribadi dia sendiri yang kadang saru, tapi sangat mudah dicerna. Tapi sayangnya, di ceramah kali ini dia hanya memakai contoh sentimen cinta tanah air ketika kita harus berimigrasi ke negara lain (yang mungkin lebih makmur).
Sementara terkait dengan gerakan Occupy, Zizek memblejeti dengan panjang lebar kritik anti-Occupy yang disampaikan oleh Anne Applebaum. Selain itu, Zizek tetap setia dengan seruannya bahwa dalam gerakan ini, kita tidak boleh, disatu sisi terjebak dalam seruan pragmatis (Oh, naikkan pajak orang kaya, perbesar subsidi pendidikan) dan berharap sistem akan baik-baik saja; tapi disisi lain juga merasa nostalgis dan melankolis:
...ketakutan terbesar saya adalah bahwa gerakan ini pelan-pelan akan menguap dan lantas apa? 10 tahun lagi, anda akan ngumpul dengan teman2, ngebir, dan ‘Ya ampun, asyik banget memang saat itu, tapi sekarang saya harus kembali ke pekerjaan saya sebagai bankir.’
Tapi yang paling menarik bagi saya dalam ceramah ini adalah penekanan Zizek, dan ini sangat khas pandangan Kiri jadul, yang, dalam konteks eksponen gerakan di Indonesia hari ini, masih sangat relevan, bahkan mungkin lebih dari sebelumnya, atas perlunya Kerja, Kerja, Kerja. Karena dengan telah berhasilnya gerakan ini membuka sebuah ruang kosong [vacuum], dan sudah mematahkan tabu bahwa sistem ini tidak bisa dikritik, tugas berikunya adalah memikirkan dengan serius, bagaimana kita mengisi ruang kosong itu, bagaimana memaknai ulang kerjasama antara intelektual dan rakyat, untuk menghasilkan sistem yang, tidak hanya bisa menggantikan sistem kapitalistik yang ada sekarang, tapi juga tidak dibayangi katastropis sistem abad 20. Dan untuk itu, diperlukan sebuah, memakai konsepsi Kristen, bekerja dengan cinta [work of love], yang memang lambat, penuh kesabaran dan perlu kerja keras.

PS: Thx bung Utche P. Felagonna yang sudah ngasih tahu transkrip ceramah ini.

Kamis, 03 November 2011

Laporan dari Hollywood, Medan Perang Ideologi (LitET bag 2)


Kawans,
kali ini aku mau nampilin bagian Interlude I dari buku Living in the End Times (LitET), yang oleh Zizek diberi judul Hollywood Today: Report from Ideological Battlefield.

Disini Zizek membedah sejumlah film, dari mulai film klasik seperti film karya John Frankenheimer, Seconds, sampai film kontemporer seperti sekuel Batman terakhir yang digarap dengan apik oleh Christopher Nolan (terutama karakter Joker yang diperankan oleh mendiang Heath Ledger, dan sangat pantas diganjar Oscar, sekalipun sedihnya, post-mortum), Dark Knight, bahkan film yang oleh sebagian kita dianggap sebagai sekedar film kartun anak-anak Hollywood, Kung fu Panda, guna membedah apa motif ideologi dibalik-nya.

Dimulai dari film berlatar kisah spionase di seputar peristiwa sejarah Perang Dunia II, berjudul Enigma, dimana dalam usaha untuk memecahkan kode sandi rahasia Jerman, si tokoh, Jericho, yang didasarkan pada sosok historis betulan, Alan Touring, terjebak dalam dua rahasia besar; yang pertama, tentu saja mesin sandi enigma itu sendiri, dan yang kedua adalah 'enigma’ terbesar dalam sejarah umat manusia (yang bahkan bapak Psikoanalisa, Sigmund Freud pernah menyampaikan satu teka-teki (atau misteri) terbesar yang pernah ada yaitu what woman want? (cewek itu maunya apa sih?)) yaitu wanita.

Dan disini Zizek menempatkan bahwa misteri yang lebih besar dan tak-terselesaikan adalah (surprise...surprise...), wanita. "Betapapun kompleks sebuah kode militer, mereka masih bisa dipecahkan – enigma yang sejati yang tidak akan pernah bisa dipecahkan adalah Wanita.“ (jadi bagi kalian para cowok pencinta, jangan minder kalo gak paham sebenarnya apa sih yang dimau oleh cewek kalian!!!).

Selanjutnya, .... ah, baca ndiri deh. Klo kawans mau nulis ringkasan dari isi bagian ini, i’ll be more than happy to post it here, kalau mau ngirim ke aku tentunya... Oh ya, satu lagi, interlude ini juga aku potong jadi dua bagian, biar gak terlalu panjang bacanya.


Rabu, 02 November 2011

Kapitalisme Kultural (Atau, Kenapa Starbucks Sucks!) (FaTTaF bag 2)

Kawans,
Di bagian tentang 'Spirit Baru' Kapitalisme dari buku First as Tragedy Then as Farce ini, Zizek membeber tentang pola baru organisasi kapitalisme dan konsumsi. Dalam perkembangan sejarahnya, kapitalisme beberapa kali melakukan perubahan besar dalam dirinya sendiri. Dalam hal pengorganisasian sumberdaya, Boltanski and Chiapello dalam bukunya The New Spirit of Capitalism menyebut adanya tiga tahapan “spirit” kapitalisme: pertama spirit kewirausahaan, berlangsung sampai Depresi Besar 1930an; kedua mengidealkan bukan pengusaha, tetapi direktur bergaji dari perusahaan besar; dan ketiga model organisasi berbasis-jaringan, dimana pekerjaan diorganisir dalam bentuk tim atau proyek, bahkan dengan memakai retorika Kiri yaitu manajemen mandiri pekerja.
Sementara di level konsumsi, spirit yang baru adalah apa yang disebut “kapitalisme kultural”: kita umumnya membeli sebuah komoditi tidak lagi karena masalah fungsi atau status simbolik; kita membeli untuk menikmati pengalaman karena membelinya, kita mengkonsumsi barang untuk membuat hidup kita menjadi lebih menyenangkan dan berarti. 
Memakai contoh iklan pemasaran Starbuck, Zizek menelanjangi bagaimana rasa 'feel good' ini dibangun kepada konsumen agar kita tidak merasa 'berdosa' telah menikmati Cappucino yang mahal itu, karena kan sebagian dari harga itu dipakai untuk membantu anak-anak korban kelaparan, mendukung proyek ekologi, bla...bla...bla... Kira-kira persis sama dengan logika yang coba dibangun oleh Aqua [ingat, produksi MNC Danone] yang memasarkan produk mereka dengan 'iming-iming' sebagian dari harga yang kita bayar akan dipakai untuk menyediakan sumber air bagi sejumlah daerah di Indonesia Bagian Timur (ingat iklan, sumber air sudekat...)
Atau, dan ini lebih sinting, kapitalisme memakai simbol-simbol revolusioner Kiri untuk mendukung pemasaran produk mereka. Zizek mencontohkan, misalnya, di Australia, ada perusahaan eskrim yang memproduksi eskrim dengan merk "Cherry Guevara,” dan dalam promosinya dikatakan bahwa “pengalaman menikmati” es krim ini sebagai: “Perjuangan revolusioner dari buah ceri, kandas ketika mereka terjebak diantara dua lapisan coklat. Semoga memori mereka terasa di mulut anda!"
Tapi konsep Zizek yang bagi saya paling menarik dari bagian ini adalah ketika dia menjelaskan tentang ledakan ketidakpuasan populis. 
"...Populisme pada akhirnya selalu ditopang oleh keputusasaan dari orang kebanyakan, dengan ungkapan “Saya tidak paham dengan apa yang terjadi, tapi aku sudah muak dengan semua itu! Ini tidak bisa berlanjut! Ini harus dihentikan!” Ledakan ketidaksabaran ini berisi penolakan untuk mengerti atau terlibat dengan kompleksitas dari situasi, dan memunculkan tuntutan bahwa harus ada yang bertanggungjawab atas kekacauan itu – karena itulah perlu adanya simbol sosok dibelakang layar." 
Sebuah perasaan muak kolektif atas ketidaknyamanan dan berbagai dampak negatif yang diakibatkan oleh sistem yang terjadi, dan pada saat yang sama, menolak untuk memahami kerumitan masalah dan tidak mau tahu siapa yang sebenarnya, dan siapa yang seharusnya, bertanggungjawab atas kondisi ini. Penjelasan teknis, sok-santun, dan bertele-tele dari penguasa dan otoritas diskursif tidak lagi cukup. Muncul sikap penolakan, ‘...pokoknya...’, dan seringkali berujung pada tuntutan atas perubahan sistem. Inilah kira-kira yang melandasi revolusi ‘Arab Spring’, dan seharusnya dijadikan dasar bagi strategi taktis bagi gerakan #Occupy...
  

Selasa, 01 November 2011

Zizek dan Bokep (bag 2)

Pelajaran yang bisa kita ambil dari pornografi, karena itu, lebih mendasar daripada kesan awalnya: ini terkait dengan cara dimana jouissance terbelah antara yang Simbolis dan yang Real. Di satu sisi, jouissance adalah kernel, ’privat’ yang menolak dibeber kepada publik (lihat saja betapa malunya kita ketika cara enjoyment kita yang paling intim, rahasia pribadi, dsb, dibeber kepada publik); namun di sisi lain, jouissance hanya berarti ketika dia diakui oleh Liyan besar: dia di-dirinya sendiri cenderung untuk memenuhi dorongan ini (dari bentuk nyombong secara terbuka sampai pengakuan kepada sahabat dekat). Perpecahan antara kedua ekstrim ini tidak bisa diatasi: antara Di-dirinya yang berupa ‘kenikmatan privat’ yang menghindar dari tatapan publik, dan Bagi-dirinya sebagai seks yang sepenuhnya tereksternalkan, sebuah laku seks yang dilakukan demi tatapan publik – selalu ada ‘yang hilang’ dari yang pertama, sementara yang kedua selalu dirasakan sebagai hal yang ‘palsu’. Rujukan inheren terhadap Liyan yang menjelaskan tentang ‘tidak ada Don Giovanni tanpa Leporello’ (Don Giovanni jelas menganggap keberhasilannya menaklukkan Leporello lebih tinggi daripada kenikmatan yang dihasilkan oleh penaklukan itu sendiri) adalah tema dari guyonan jalanan tentang seorang petani miskin yang, setelah mengalami kapal kandas, terbangun di sebuah pulau terpencil dengan Cindy Crawford. Setelah mereka bercinta, ceweknya tanya, apakah si petani sudah puas; si petani bilang, iya, tapi tetap saja dia minta satu hal lagi yang tidak penting agar kepuasannya benar-benar lengkap – apakah si cewek mau berdandan kayak sahabat si petani, memakai celana, memasang kumis palsu di wajahnya? Menanggapi kekagetan si cewek dan kecurigaannya bahwa si petani sebenarnya diam-diam adalah seorang cabul, dia menenangkan si cewek bahwa maksudnya bukan itu, dan dia sebentar lagi juga akan paham... Nah, setelah permintaannya dituruti si cewek, si petani mendekatinya, menyikut pinggangnya dan bilang, dengan nada jumawa dan kesombongan khas pria: “Tahu ndak aku barusan ngapain? Aku barusan bercinta sama Cindy Crawford)’. Pihak Ketiga, yang selalu hadir sebagai saksi, menggantikan ideal hedonisme – dengan kata lain, dia memperkenalkan momen refleksivitas atas dasar dimana kenikmatan privat yang polos itu tidak akan pernah terjadi: seks pada dasarnya, selalu minimal adalah laku ‘eksibisionis’, dia tergantung pada tatapan Liyan.

Zizek dan Bokep (bag 1)

Kawans,
Apa sih yang gak bisa diteori-in Zizek? Kayaknya bener pas ada yang bilang bahwa hampir gak ada bidang kehidupan (sosial dan kultural) manusia yang tak tersentuh oleh ketajaman (atau kadang, ke’cabul’an) analisa Zizek. Melanjutkan postingan soal Jembut, Jamban dan Ideologi, bagian lain dari buku The Plaque of Fantasy juga berisi bagian interlude dengan judul the Sublime to the Ridiculous: The Sexual Act in Cinema, yang mengupas habis soal adegan seksual di film, mulai dari film porno sampai Hollywood dan film noir-nya David Lynch.
Aku inget banget guyonan jaman kuliah dulu tentang tipe cewek diliat dari reaksinya ketika bersenggama layaknya dalam film bokep; ada yang tipe tidak konsisten, dengan ungkapan khas, yesss…noooo…; ada tipe religius dengan ekspresi khas,, oh my goddd… Membaca TPoF ini, aku jadi ngerasa begitu dangkal pemahaman teori sehingga sama sekali gak kebayang bahwa berbagai pose dan ekspresi bintang Be-eF yang sedang beraksi ternyata mengandung banyak pesan teoritis.
Lihat saja kutipan tentang bagaimana analisa Zizek soal posisi dan ekspresi si aktris di film porno ini, begitu cabul…
“…ekspresi wajah si aktris selama persetubuhan, misalnya, mengikuti empat aturan ekspresi: (1) cuek, yang ditandai dengan ndak ngereken [jawa], dengan tampang bosan memandang kosong kedepan, mengunyah permen karet, menguap [jawa: angop]...; (2) perilaku ‘instrumental’, seolah si subyek sedang berada di tengah sebuah pekerjaan berat yang menuntut konsentrasi tinggi: mata menatap tajam, ke area dimana ‘sesuatu’ sedang berlangsung, mulut yang mengatup menandakan upaya untuk berkonsentrasi...; (3) tatapan provokatif ke arah mata si pasangan pria, yang pesannya adalah: ‘Ayo lagi, apa cuman segini aja mampumu?’; (d) klimaks yang ekstatis, dengan mata setengah tertutup.
Tapi dalam tarikan paragraf yang sama, tiba-tiba begitu seriyus, dan dalam banget, menemukan paralel antara ekspresi bintang bokep dengan konsepsi Lacanian empat soal diskursus…
Secara tidak sengaja, tidakkah keempat ekspresi ini juga berkaitan dengan empat diskursus yang dijelaskan oleh Lacan: bukankah perilaku yang pertama, yang acuh-tak-acuh adalah sifat dari si Master? Bukankah perilaku yang kedua, yang ‘instrumental’ juga menandai diskursus Universalitas yang terkandung dalam pengetahuan teknis, savoir-faire [serba tahu]? Bukankah perilaku yang ketiga, yaitu perilaku provokasi histeris dan ngotot, juga merupakan perilaku si Master? Dan akhirnya, bukankah posisi ke empat, klimaks yang ekstatis, juga mewakili apa yang disebut Lacan ‘destitusi subyektif’, identifikasi dengan obyek-penyebab hasrat yang menandai posisi dari seorang analis?
Rasanya, bab ini agak kepanjangan untuk dipampang jadi satu tulisan, karena itulah tak potong jadi dua bagian. Oh ya, biar juga berasa fair bagi kawan2 penyuka bokep, disclaimer dari tulisan Zizek yang ini adalah bahwa anda mungkin akan kehilangan kenikmatan awal yang anda rasakan ketikan nonton bokep abis mbaca tulisan Zizek ini, karena aku ngalamin, habis itu nonton bokep, pasti akan nginget2 posisi apa yang sedang dilakukan bintangnya dalam ranah teoritis Zizek…


Daftar Koleksi Buku Zizek


Kamerads, 
Tadi sempat ngobrol singkat dengan Bung Utche P. Fellagona, dapat ide share koleksi karya Zizek. Karena itu postingan ini aku buat untuk nampilin daftar koleksi buku karya Zizek, baik yang berupa tulisan Zizek sendiri, maupun yang ditulis keroyokan dan diedit oleh Zizek. Situs European Graduate School sebenarnya nyediain daftar lengkap bibliography Zizek, tapi karena di daftar yang mencapai lebih dari seratus buku itu juga nampilin buku Zizek yang ditulis dalam bahasa non-Inggris, maka aku pakai acuannya bibliografi dari Wikipedia. Daftar ini seharusnya perlu dilengkapi dengan buku tentang Zizek, karena juga sudah banyak, maupun list artikel yang ditulis Zizek, tapi karena banyaknya bahan, kedua jenis teks Zizek ini akan aku tambahin bertahap. 
Lantas, kalo sudah dikasih tahu daftar koleksi Zizek, buat apaan? Ya pinginnya sih aku bisa barter dengan kamerads, bagi mereka yang punya bahan tentang Zizek yang aku belum punya, atau bahan lain seputar pemikiran Kiri Kritis, ayo kita tukeran. Tapi kalo hanya minta dikirimin buku Zizek, tanpa something in return, tetap aku coba layani kok, meskipun mungkin ya harus sabar. 

Jumat, 28 Oktober 2011

Duduki Dulu Tuntutan Bisa Menyusul -Slavoj Žižek-

Gambar oleh : Idub Nganthiwani
Kawans, berikut terjemahan dari artikel terbaru Zizek di Guardian, dari judul asli Occupy First, Demands Come Later (Thx buat Sari Putri yang telah ngasih ijin buat tak pasang disini), tentang makna dari gerakan #Occupy dan apa yang perlu dilakukan oleh para pelaku gerakan. Sebagian besar materinya memang berasal dari orasi Zizek di OWS, tapi tetap saja ada sejumlah tambahan yang menarik, misalnya...

"Meskipun memang menggairahkan untuk merasakan nikmatnya 'organisasi horisontal' dari massa demonstran dengan semangat solidaritas egalitarian dan perdebatan terbuka, kita juga perlu ingat apa yang pernah ditulis Gilbert K. Chesterton: "Kalau cuma sekedar berpikiran terbuka, itu tidak berarti apa-apa; tujuan dari kita membuka  pikiran, seperti halnya dengan membuka mulut, adalah untuk menutupnya, dengan sebuah hal yang kongkret". Ini juga berlaku dalam hal sikap politik di masa yang penuh ketidakpastian: perdebatan terbuka akan berhadapan dengan tidak hanya sebuah 'penanda master yang baru, tapi juga jawaban konkret atas pertanyaan klasik Leninis, "Lantas, apa yang harus dilakukan?"

dan

"Seni 'politik'-nya disini agar kita juga tetap ngotot dengan tuntutan populis yang, meskipun sangat 'realis', juga menggoyang inti dari ideologi dominan; dengan kata lain, tuntutan yang, meskipun memang layak dan absah, pada saat bersamaan juga [dianggap] mustahil (contohnya adalah tuntutan atas jaminan kesehatan universal di AS). Seusai gerakan protes duduki Wall Street, pastinya kita harus memobilisasi rakyat untuk melakukan tuntutan semacam itu - namun, yang tidak kalah pentingnya adalah dalam waktu yang bersamaan untuk tetap menjaga jarak dari ranah negoisasi dan tuntutan 'realis'

Kamis, 27 Oktober 2011

Obrolan Trivia dengan Slavoj Zizek

Pengalaman Zizek yang paling memalukan adalah berdiri telanjang di depan perempuan sebelum bercinta, yang paling membuatnya galau adalah melihat orang bodoh berbahagia, dan kalau saja dia bisa milih kapan dilahirkan, dia akan memilih lahir pada awal abad 19 agar bisa ikut kuliah Hegel. Oh ya, satu lagi, ada satu rahasia yang Zizek mau katakan pada kita, dia bilang "Komunisme akan Menang!"

Ikuti wawancara celetukan antara Slavoj Zizek dengan Rosanna Greenstreet, yang di terbitkan di The Guardian edisi 9 Agustus, 2008 dengan judul asli "Slavoj Zizek, Short Survey"

Sabtu, 22 Oktober 2011

Living in the End Times - Pengantar


Memakai konsepsi terkenal dari psikolog kelahiran Swiss, Elisabeth Kubler-Ross, tentang reaksi orang ketika menerima sebuah kabar buruk yang menimpa dirinya, misalnya dia didiagnosa menderita penyakit akut, yaitu pengingkaran [denial], marah [anger], menawar [bargaining], depresi [depression] dan menerima [acceptance], Zizek dalam buku terbarunya yang berjudul Living in the End Times ini menjelaskan bagaimana masyarakat modern kita hari ini menerima kabar akan jalan buntu dan kemungkinan akan bencana yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme global hari ini.
Pengingkaran – menganalisa model dominan dari pengaburan ideologis, dari film laris Holywood terbaru sampai gerakan akhir jaman [apocalyptism] palsu, Kemarahan – melihat pada protes dengan kekerasan menentang sistem global, dan bangkitnya fundamentalisme agama, Menawar – fokus pada kritik ekonomi politik, dengan seruan untuk memperbarui resep dasar dari teori Marxist, Depresi – mempertimbangkan dampak dari kehancuran yang akan datang dalam aspeknya yang tidak banyak disadari, seperti munculnya bentuk baru patologi subyektif (subyek pasca-traumatis), Penerimaan – melihat tanda-tanda dari munculnya subyektivitas emansipatoris, memetakan bibit-bibit budaya komunis dalam berbagai bentuknya, termasuk di dalam karya sastra dan bentuk utopia lain 
Posting ini adalah bab pengantar dari buku ini, yang diberi judul "Keculasan Spiritual di Surga"

Jumat, 21 Oktober 2011

Inside WikiLeaks Bag 2

Bagian kedua dari transkrip talkshow yang menampilkan Slavoj Zizek dan pendiri Wikileaks Julian Assange.
Kali ini Assange menceritakan tentang makna sebenarnya dari revolusi yang dibawa oleh WikiLeaks, dimana golongan kaum muda yang melek internet dan terbebas dari distorsi media mainstream, hari ini justru banyak yang duduk dalam lembaga penting seperti CIA atau News Corporation, juga pengakuannya bahwa ternyata pengetahuannya soal Timur Tengah dia dapatkan selama tinggal di Mesir selama beberapa tahun di rumah, dan ini yang membuat Zizek kayak ekstase, seorang Putri Mesir.
Sementara Zizek menjelaskan tentang ancaman dari kapitalisasi (berkedok reformasi) pendidikan, yang justru menjadi ancaman dari penalaran dan ruang intelektual publik, sebuah analisa yang pas menjelaskan BHMN-isasi PTN di Indonesia.Juga bagaimana posisi tegas Zizek terhadap isu Palestina, yang konsisten mendukung Palestina dan menyerang hipokritnya Israel, yang kerap membawa tuduhan anti-Semit pada dirinya.
Tautan videonya ada disini disini

Senin, 17 Oktober 2011

Jamban, Jembut dan Ideologi

Kawan,
Banyak yang bilang bahwa sekarang sudah tidak ada ideologi, karena masa-masa pertarungan ideologi sudah habis dengan ambruknya sosialisme pada 1990an, dan kapitalisme menjadi satu-satunya kekuatan politico-ideologis yang berjaya. Eits, tapi tunggu dulu, jangan keburu mengambil kesimpulan. Sebab ternyata, menurut Zizek, bahkan persoalan bentuk jamban dan potongan jembut wanita saja sudah merupakan ranah dimana sebuah perebutan makna ideologi.
"Jembut yang tumbuh liar dan acak-acakan menunjukkan perilaku spontan alami dari kaum hippies; kaum yuppies lebih suka prosedur disipliner ala taman di Prancis (bentuknya adalah cukuran rapi di sisi yang dekat paha, sehingga yang tersisa adalah alur tipis di tengah dengan garis potongan yang rapi); sedangkan untuk perilaku punk, vaginanya dicukur bersih dan dihiasi dengan anting (yang biasanya ditindikkan ke clitoris)"
Postingan ini merupakan saduran atas bab pertama dari The Plaque of Fantasies, terbitan Verso tahun 1997 (2nd edition dengan kata pengantar baru terbit pada 2008). Buku ini, mungkin, merupakan salah satu buku Zizek yang paling terkenal, atau membuat Zizek dikenal secara luas, karena bahasan yang cukup ringan dan mengena soal ideologi, termasuk soal jamban dan jembut itu, termasuk di bagian lampiran, deskripsi mendetail tentang seksualitas, serta semakin menegaskan gaya tulisan Zizek yang sangat khas, misalnya, bisa ndakik-ndakik mbahas tentang filsafatnya Emmanuel Kant, untuk kemudian tanpa peringatan, terjerembab membahas cunnilingus, masih dalam tarikan nafas satu kalimat yang sama, atau seperti contoh diatas, model potongan jembut wanita dan hubungannya dengan triade semiotika dari Levi-Strauss. Termasuk pemakaian istilah Zizek yang lugas dan blak-blakan, misalnya, tahi [shit], bukannya tinja [excrement].
Bagi kawan yang berniat memulai membaca Zizek, sehemat saya, buku ini kayaknya bakal jadi pilihan yang paling baik sebab cukup mudah terbaca dan terpahami diantara sekian corpus Zizek, disamping juga mudah mencarinya, salah satunya disitus yang judulnya cukup provokatif, fuck verso dan mantan gigapedia ini.

Monggo di-Enjoy

Minggu, 16 Oktober 2011

Hipotesa Komunisme (FaTTaF bag 1)

Kawan, kali ini aku mau nampilin dua sub-bab terjemahan dari buku Zizek, First as Tragedy Then as Farce [Awalnya Tragedi, lantas Dagelan], terbitan Verso, 2009, yaitu Ketertutupan Baru Milik-Komunal dan Sosialisme atau Komunisme dari Bab Hipotesis Komunisme. Ini adalah bagian dari sejumlah buku Zizek (total sudah 7, yang sudah selesai Sublime Object of Ideology, Looking Awry, Living in the End Times dan First as Tragedy Then as Farce, sementara yang setengah jalan adalah The Plaque of Fantasy, The Parallax View, dan In Defence of Lost Causes) yang aku terjemahkan dalam bahasa Indonesia, dan rencananya tak tampilin di blog ini, per bab.
Tapi aku perlu ngingetin sejak awal bahwa aku percaya dengan prinsip copy-left, sehingga semua materi tentang Zizek yang aku punya berasal dari situs-situs gratisan library.nu [dulu gigapedia],  4shared, scribd dan semacamnya. Tapi aku juga berkeyakinan kalau 'dosa' kejahatan ini akan terhapus kalau aku juga menyebarkannya ulang kepada publik dengan cuma-cuma. Karena itu untuk penerbitan materi ini aku gak dapat ijin dari Zizek maupun Verso, tapi mengingat semangat mereka, kayaknya mereka gak akan keberatan deh. 
Alasan Bab ini menarik, karena memperjelas posisi Zizek, sebenarnya komunis seperti apa sih sosok kontroversial ini.Disini Zizek menjelaskan bahwa hipotesa yang diwariskan oleh Marx ternyata, tidak saja hari ini masih aktual, tapi masih sangat relevan dalam menjelaskan tentang konsekuensi dari kapitalisme yang akan mengarahkan peradaban pada jalan buntu, dan menjadikan manusia menjadi proletar secara global, atau memakai istilah Giorgio Agamben, menjadikan kita semua sebagai Homo Sacer.
Ada empat kontradiksi mendasar yang menurut Zizek hari ini dihadapi oleh sejarah umat manusia yang telah dihasilkan oleh konstelasi politico-ideologis kapitalisme global, dan tidak mungkin diselesaikan oleh sistem itu sendiri, melainkan oleh jenis komunisme, yang juga baru dan berbeda dengan komunisme abad 20, yang oleh Zizek juga sudah berkali-kali ditekankan, adalah sebuah kegagalan total yang besar.
Keempat kontradiksi yang dimaksud Zizek adalah, pertama ancaman bencana ekologis akibat konsumsi energi berbasis karbon yang telah memicu pemanasan global; kedua perkembangan teknologi informasi yang menyebabkan kebuntuan mekanisme hak atas kekayaan intelektual dan sarana informasi dan komunikasi menjadi berada di luar sana [Clouds] dan dikuasai hanya oleh segelintir orang, ketiga perkembangan teknologi bio-genetika yang menjadikan warisan genetis umat manusia dan lingkungan ekosistem bisa dimanipulasi, dan lagi-lagi, dikuasai oleh hanya segelintir korporasi, dan terakhir, semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang terpinggirkan oleh sistem dan menjadikan mereka sebagai bagian dai bukan-bagian, mereka yang hidup diluar pagar gated-community, dan sebagainya.


Sabtu, 15 Oktober 2011

Siapa sih Zizek?

Beberapa kawan ngusulin, "Kang, mbok kita dikenalin dulu, siapa sih Zizek," sebelum dikasih tulisan-tulisan lain tentang pemikirannya. Dan siapa lagi yang paling tahu siapa Zizek selain dia sendiri. Makanya, pada kesempatan ini, aku mau nampilin wawancara Glyn Daly dengan Slavoj Zizek, yang menjadi bab pertama dari buku berjudul Conversations with Zizek, terbitan Polity, 2004, yang berbentuk semacam semi-auto-biografi dari Zizek.
Ada beberapa highlights dari perjalanan hidup Zizek yang patut disebut, diantaranya, ternyata dia sempat nganggur selama 4 tahun seusai bergelar Doktor karena dianggap kurang Marxist, suka ngakali prosedur demi tujuan yang baik, sempat menjadi kandidat presiden Slovenia dan hanya kalah tipis dari pesaingnya, dan pilihan jika dia diangkat menjadi menteri adalah Kepala BIN. Tapi kalau saja Zizek ditanya betapa beragamnya warna hidup Zizek, dia mungkin akan bilang, "Ya, memang gila, tapi begitulah hidup"
So, mudah-mudahan bisa membantu mulai mengakrabi, siapa sih sebenarnya sosok pemikir yang dijuluki "Elvis Presley-nya teori-teori kontemporer" dan "Marxist paling berbahaya di Barat saat ini", tapi sekaligus pernah menikahi model Lingerie dan sempat diisukan dekat dengan Lady Gaga ini.

Monggo Enjoy!

Orasi Zizek di gerakan "Occupy Wall Street"

Sejak sebulan terakhir, di AS terjadi sebuah gerakan populis yang mengambil tajuk "Occupy Wall Street", yang sebenarnya sudah digagas mulai bulan Juli silam. Mengambil inspirasi dari revolusi di dunia Arab atau yang dikenal sebagai Arab Spring, gerakan populis ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali demokrasi di AS yang selama beberapa dekade terakhir sudah dirampas dari tangan rakyat oleh Kapitalisme global cum neo-liberalisme.
Gerakan OWS ini mengambil tempat di Liberty Square, New York, dimana pengelola gerakan ini menjadikannya sebuah "rembug rakyat", dalam artian harfiah, guna mengambil keputusan dan membahas sebuah masalah dengan prinsip partisipatif dan tidak mengikat. Disini semua orang, dari berbagai latar belakang golongan, ras maupun organisasi, bebas untuk menyuarakan aspirasinya. Disamping itu, dihelat juga berbagai event sampingan, dari mulai kursus singkat bagaimana melakukan protes, sampai cara membuka sendiri borgol jika anda ditangkap polisi anti huru-hara.
Nah, bagian dari kegiatan harian yang diadakan oleh pengelola adalah mengundang sejumlah tokoh pemikir untuk menyampaikan orasi. Menariknya, ada teknis yang agak tidak jamak dilakukan seorang orator dalam sebuah demonstrasi, dimana si orator diminta untuk menyampaikan gagasannya per kalimat pendek, dan para peserta kemudian mengikuti ulang kalimat yang disampaikan [add: ternyata, teknis ini dilakukan gara-gara pihak keamanan NYC melarang pemakaian loudspeaker bagi mereka yang berorasi, kok kompakan dengan paspampres kita yak, yang juga memajang aturan serupa untuk demo didepan istana negara]. Dan salah satu tokoh pemikir yang diundang adalah Slavoj Zizek, yang menyampaikan orasi pada tanggal 10 Oktober silam.
Berikut adalah transkrip dari orasi Zizek tersebut, videonya bisa dilihat disini

Kamis, 13 Oktober 2011

Inside WikiLeaks Bag 1

Apa jadinya jika dua orang yang paling berbahaya saat ini, yang satu dari ranah ideologi politik (Slavoj Zizek), yang satu dari ranah teknologi informasi (Julian Assange, pendiri WikiLeaks), bertemu dalam sebuah talkshow? Simak transkrip acara yang dipandu oleh Amy Goodman dan berlangsung pada 2 Juli 2011 silam, yang karena panjangnya, terpaksa dibagi menjadi 3 bagian (biar anda gak capek mbacanya).
Di bagian pertama ini, anda bisa mendapatkan alasan kenapa Zizek menganggap Assange dan Gandhi adalah teroris, dan bantahan resminya atas ‘tuduhan’ skandalnya dengan Lady Gaga, serta kenapa kita perlu lebih memikirkan panjang lebar lagi kalau mau memakai social media, macam facebook.

Tapi, penjelasan paling menarik tentang peranan WikiLeaks dari Zizek adalah analogi bahwa yang dilakukan WikiLeaks adalah memberikan anda bukti foto/video tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangan anda. Selama ini mungkin anda sudah pernah dengar, atau menaruh kecurigaan, akan apa yang dilakukan pasangan anda dibelakang anda. Tapi sampai anda melihat langsung apa yang sebenarnya dilakukan pasangan anda itu, anda mungkin masih bisa menyangkal, atau pura-pura dan menipu diri anda sendiri bahwa perselingkuhan itu tidak benar-benar terjadi. Baru kemudian kepala anda akan terbentur dengan realitas pahit, ketika ada bukti foto/video yang menampilkan perselingkuhan pasangan anda (kenapa dia sampai melenguh gitu sih, ngapain juga pake dijilatin, bla...bla...bla...) 

Dan itulah yang dilakukan WikiLeaks terhadap kebohongan dan kebejatan dari kekuasaan di berbagai tempat di dunia. Sebelumnya kita sudah menduga sih kalau pada dasarnya banyak penguasa (yang mungkin terlihat santun dan penuh pencitraan) memang berlaku korup dan menyalahgunakaan kekuasaan mereka. Tapi sampai kita mungkin masih bisa mentolerir dan mendiamkannya, sampai kemudian kita disuguhi dokumen nyata tentang kebejatan kekuasaan itu, dan walah... (meskipun beresiko menyederhanakan) meledaklah amarah rakyat Tunisia, dan memicu rantai reaksi revolusioner di belahan dunia Afrika Utara selama paruh pertama tahun 2011 ini.

Untuk selengkapnya, monggo di-Enjoy!

Senin, 10 Oktober 2011

Penjarah di Dunia Bersatu

http://ads.lrb.co.uk/www/delivery/lg.php?bannerid=249&campaignid=61&zoneid=9&source=/1/ID/RW/&loc=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.lrb.co.uk%2F2011%2F08%2F19%2Fslavoj-zizek%2Fshoplifters-of-the-world-unite&cb=0333fa43af
Kerusuhan di Inggris beberapa waktu yang lalu, bagi banyak bagi banyak golongan Kiri, dianggap sebagai sebuah pertanda yang sangat positif akan meluasnya pergolakan dan ketidakpuasan atas kondisi sosio-politik dunia kapitalisme global saat ini. 
Menyusul kerusuhan di sejumlah negara Islam di Afrika Utara, serta kriris keuangan yang mengguncang sejumlah negara Eropa, yang banyak diwarnai oleh demonstrasi berkepanjangan, seperti Yunani, Spanyol, Prancis dan di bekas negara-negara Sosialis Eropa Timur, kerusuhan di Inggris banyak dipandang sebagai indikasi bahwa ketidakpuasan atas kapitalisme dan potensi dari akan munculnya gerakan kiri yang bersatu di seluruh dunia sudah benar-benar menjadi sesuatu yang universal
Diilhami oleh judul lagu dari band Inggris the Smiths pada medio 1980an yang berjudul sama, Slavoj Zizek, yang dengan wawasan tajam seperti biasanya, menganalisa bahwa kerusuhan Inggris tidak serta merta membawa potensi gerakan emansipatoris, tapi hanya ledakan tanpa arah, sebuah "semangat berontak tanpa revolusi", yang tanpa sebuah otoritas yang mampu "mengambil keputusan cepat dan menerapkannya dengan segala konsekuensinya", tidak akan membawa perubahan apa-apa, selain hanya kekerasan itu sendiri.

Monggo di-Enjoy!

Sabtu, 08 Oktober 2011

Cuma Komunisme yang bisa menyelamatkan demokrasi liberal

Fundamentalisme ternyata adalah anak kandung liberalisme, dan jika dibiarkan sendirian, maka liberalisme tidak akan mampu untuk untuk membela nilai-nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh peradaban Barat modern, kebebasan, keadilan. Karena itu, demokrasi liberal perlu uluran tangan persaudaraan dari gerakan Kiri radikal yang sudah diperbarui, atau dengan kata lain, Komunisme.
Dalam artikel berjudul Only Communism can save liberal democracy yang dimuat di situs ABC Australia pada 3 Oktober ini, Zizek membeber berbagai fenomena politik terbaru di Eropa, dan bagaimana hal itu sekaligus, disatu sisi menjadi warna buram dari masa depan demokrasi liberal, disisi lain memunculkan potensi untuk proyek emansipatoris yang bisa merombak total konstelasi sosio-politik yang didominasi oleh kapitalisme global hari ini, dan bagaimana kita perlu menghindari jebakan nasionalisme sempit.
Tulisan ini sekaligus menjadi bagian dari muhibah Zizek ke wilayah Down Under, dimana dia juga diundang untuk menjadi pembicara dalam Festival of Dangerous Ideas yang diadakan pada 2 Oktober 2011 di Sydney Opera House dan sebagai panelis pada program acara TV Q & A pada hari Senin, 3 Oktober 2011

Monggo di-Enjoy!

Senin, 03 Oktober 2011

Great Mind Talk by Slavoj Zizek

Kenapa di film James Bond terbaru gak ada adegan seksnya, kenapa belanja buku di Amazon.com itu membuat kita jadi gak berkembang, atau ada bahaya yang lebih besar dari konsep kapitalisasi pendidikan dari sekedar biaya pendidikan mahal, yaitu hilangnya ruang penalaran publik (Public Use of Reason), semuanya digarap Zizek dengan lancar dan gayanya yang khas, ala klip video MTV, meloncat dari satu konsep ke konsep lainnya, dari contoh kandidat novel terjelek sepanjang masa (The Lost Symbol dari Dan Brown), sampai konsep Totalitas dari Hegel, atau guyonan yang sangat vulgar tentang seorang yang mendapati kabar dari dokter setelah istrinya habis dioperasi... 
Kali ini Zizek menyampaikan ceramah di IQ2 [dibaca: Intelligence squared] dalam rangka Great Minds series, yang berlangsung di Cardogan Hall, London pada 1 Juli 2011. Posting ini adalah transkrip dari isi ceramah itu, sementara videonya bisa diunduh di sini

Monggo di-Enjoy

Enjoy! Zizekmu


Pic. Cover film dokumenter Zizek!
Alkisah, seorang mahasiswa, sebut saja Imron, terdampar di sebuah pulau terpencil, hanya berdua dengan Angelina Jolie Tanpa berpanjang cerita, mereka pun bercinta. Setelah selesai, Jolie bertanya kepada Imron.  “Gimana, puas?” Jawab Imron, “Ya puas sih, tapi masih ada yang kurang. Bisa gak sekarang mbak Jolie ganti pake celana, kemeja, topi dan kumis palsu, biar penampilan sampeyan mirip sahabatku, Sabar?” 
Melihat tampang kaget Jolie mendengar permintaan itu, dan khawatir Jolie berpikir yang enggak-enggak akan permintaannya, karena jangan-jangan dia dikiranya homo atau ada kelainan lain, Imron segera menambahi, “Jangan khawatir, nanti mbak Jolie akan paham maksud saya, gak yang aneh-aneh kok.” 
Meskipun ragu-ragu, Jolie menuruti permintaan Imron dan berdandan seperti yang diminta agar mirip dengan sahabatnya, Sabar. Setelah itu, Imron menyulut sebatang rokok, duduk disamping Jolie, sembari mengepulkan asap rokok, dan dengan nada jumawa, berkata kepada Jolie yang berdandan ala Sabar,
“Bar, tahu ndak, aku barusan kelon ama Angelina Jolie!”
***