Sejak sebulan terakhir, di AS terjadi sebuah gerakan populis yang mengambil tajuk "Occupy Wall Street", yang sebenarnya sudah digagas mulai bulan Juli silam. Mengambil inspirasi dari revolusi di dunia Arab atau yang dikenal sebagai Arab Spring, gerakan populis ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali demokrasi di AS yang selama beberapa dekade terakhir sudah dirampas dari tangan rakyat oleh Kapitalisme global cum neo-liberalisme.
Gerakan OWS ini mengambil tempat di Liberty Square, New York, dimana pengelola gerakan ini menjadikannya sebuah "rembug rakyat", dalam artian harfiah, guna mengambil keputusan dan membahas sebuah masalah dengan prinsip partisipatif dan tidak mengikat. Disini semua orang, dari berbagai latar belakang golongan, ras maupun organisasi, bebas untuk menyuarakan aspirasinya. Disamping itu, dihelat juga berbagai event sampingan, dari mulai kursus singkat bagaimana melakukan protes, sampai cara membuka sendiri borgol jika anda ditangkap polisi anti huru-hara.
Nah, bagian dari kegiatan harian yang diadakan oleh pengelola adalah mengundang sejumlah tokoh pemikir untuk menyampaikan orasi. Menariknya, ada teknis yang agak tidak jamak dilakukan seorang orator dalam sebuah demonstrasi, dimana si orator diminta untuk menyampaikan gagasannya per kalimat pendek, dan para peserta kemudian mengikuti ulang kalimat yang disampaikan [add: ternyata, teknis ini dilakukan gara-gara pihak keamanan NYC melarang pemakaian loudspeaker bagi mereka yang berorasi, kok kompakan dengan paspampres kita yak, yang juga memajang aturan serupa untuk demo didepan istana negara]. Dan salah satu tokoh pemikir yang diundang adalah Slavoj Zizek, yang menyampaikan orasi pada tanggal 10 Oktober silam.
Berikut adalah transkrip dari orasi Zizek tersebut, videonya bisa dilihat disini
Mereka bilang kita semua disini adalah para pecundang, tapi pecundang yang sebenarnya adalah mereka di Wall Street. Merekalah yang ditalangi dengan miliaran dollar uang kita. Kita dituduh sebagai kelompok sosialis, tapi disana selalu tersedia sosialisme bagi kaum kaya. Mereka bilang kita tidak menghargai properti pribadi, tapi saat krisis keuangan 2008, lebih banyak properti pribadi yang didapat dengan bekerja keras yang harus hancur dibandingkan jika kita disini memang mau menghancurkan mereka. Mereka bilang kita adalah para pemimpi. Pemimpi sejati adalah mereka yang berpikir bahwa segala sesuatu bisa berjalan apa adanya sampai kapanpun. Kita bukanlah kelompok pemimpi. Kita adalah kelompok yang membangunkan mereka dari mimpi buruk.
Kita tidak merusak apapun. Kita hanya menjadi saksi bagaimana sistem ini merusak dirinya sendiri. Kita semua akrab dengan adegan klasik film kartun. Seekor kucing berjalan ke pinggir jurang, tapi terus saja berjalan, tidak sadar bahwa dibawahnya sudah tidak ada apapun untuk berpijak. Baru ketika dia diingatkan untuk melihat kebawah, dan sadar bahwa dia ternyata berdiri di awang-awang, baru dia terjatuh. Inilah yang tengah kita lakukan disini. Kita tengah mengingatkan mereka di Wall Street, “hey, lihat kebawah!”
Pada pertengahan April 2011, pemerintah China melarang untuk menampilkan di TV, film atau novel, semua kisah yang mengandung cerita tentang realitas alternatif atau perjalanan waktu. Ini adalah pertanda yang positif bagi China. Rakyat mereka masih memimpikan hal-hal alternatif, sehingga pemerintahnya harus mengeluarkan larangan agar mereka tidak bermimpi. Di sini, kita tidak perlu larangan semacam itu, sebab sistem yang berlangsung bahkan sudah menghabisi kemampuan kita untuk bermimpi. Lihat saja banyak cerita di film-film. Begitu mudah untuk membayangkan akhir dunia. Asteroid menabrak bumi dan sebagainya. Tapi kita tidak bisa membayangkan akhir dari kapitalisme.
Jadi apa yang kita lakukan disini? Kalau boleh saya akan ceritakan sebuah guyonan lama dari masa Komunis. Seorang tahanan Jerman Timur dikirim ke Siberia. Dia sadar bahwa suratnya akan dibaca oleh petugas sensor, karena itu dia bilang ke temannya: “kita buat kode rahasia. Kalau surat yang kamu terima ditulis dengan tinta biru, berarti yang aku omongkan memang benar. Tapi kalau ditulis dengan tinta merah, berarti bohong.” Setelah sebulan, temannya menerima sepucuk surat. Semuanya ditulis dengan tinta biru. Isi suratnya: “Disini semuanya serba bagus. Toko-toko penuh dengan makanan sehat, gedung bioskop memutar film bermutu dari Barat, rumah-rumahnya besar dan mewah. Satu-satunya yang tidak ada disini adalah tinta merah.” Seperti itulah hidup kita hari ini. Kita mendapatkan semua kebebasan yang kita mau. Tapi yang tidak ada adalah tinta merah: bahasa untuk menyampaikan ketidakbebasan kita. Cara yang diajarkan kepada kita untuk membicarakan masalah kebebasan, memalsukan kebebasan itu sendiri. Dan inilah yang kalian lakukan disini. Kalian memberikan kepada kami semua tinta merah.
Tapi ada bahayanya. Jangan terlalu berpuas diri. Kita memang bersenang-senang disini, tapi ingat, karnavalnya sih mudah. Yang sulit adalah keesokan harinya, ketika kita harus kembali ke kehidupan normal. Apakah lantas terjadi perubahan nyata? Saya tidak ingin kalian mengingat kembali peristiwa sekarang ini, seperti “Oh, saat itu kami masih muda dan situasinya bagus sekali”. Ingatlah bahwa pesan utama kita adalah “Kita harus bisa memikirkan alternatif”. Jika peraturannya sudah diganti, kita hidup di dunia terbaik yang mungkin bisa kita terima. Tapi jalan kedepan masih panjang. Ada banyak masalah besar yang menunggu dijawab. Kita sudah tahu apa yang kita tolak, tapi lantas apa yang kita inginkan? Organisasi sosial seperti apa yang bisa menggantikan kapitalisme? Jenis pemimpin baru yang seperti apa yang kita inginkan?
Ingatlah, bahwa masalahnya bukan korupsi atau keserakahan itu sendiri. Masalahnya adalah dengan sistemnya. Waspadai tidak hanya pihak musuh, tapi kawan palsu yang sudah mulai mengaburkan gerakan ini. Sama halnya dengan kopi tanpa kafein, bir tanpa alkohol, eskrim tanpa lemak, mereka akan mencoba menjadikan gerakan ini sebagai sebuah protes moral yang tidak membahayakan. Sebuah gerakan yang ter-decafeinasi. Padahal alasan kita disini adalah karena kita sudah merasa muak dengan dunia dimana kita sudah merasa puas dengan hanya mendaur ulang kaleng Cola, beramal beberapa dollar, atau membeli Cappuccino di Starbucks dimana 1% disumbangkan kepada anak-anak yang kelaparan di dunia ketiga. Setelah meng-outsource-kan lapangan kerja dan penyiksaan, setelah agensi pernikahan meng-outsource-kan kehidupan percintaan kita, berikutnya yang bakalan di-outsource-kan juga adalah partisipasi politik kita. Kami menuntut agar semua itu dikembalikan.
Jika yang dimaksudkan dengan komunisme adalah sistem yang ambruk pada 1990, maka kita bukan Komunis. Ingat bahwa hari ini, komunisme jenis itu adalah Kapitalis yang paling efisien dan ganas. Hari ini di China, berlangsung kapitalisme yang bahkan jauh lebih dinamis dibandingkan Kapitalisme AS, namun tidak perlu demokrasi. Yang berarti bahwa ketika kalian mengkritik kapitalisme, jangan mau diperas bahwa kalian juga menentang demokrasi. Perkawinan antara demokrasi dan kapitalisme sudah bubrah. Perubahan bisa dilakukan.
Bagaimana kita menilai apa yang dianggap mungkin hari ini? Baca saja di media. Di satu sisi, dalam ranah teknologi dan seksualitas, semuanya tampak mungkin. Kita bisa pergi ke bulan, menjadi abadi dengan adanya biogenetika, bisa nge-sex dengan binatang, dan sebagainya. Tapi sebaliknya di bidang sosial dan ekonomi. Di sini, hampir semuanya dianggap mustahil. Kalau kita ingin sedikit menaikkan pajak bagi orang kaya, mereka akan bilang itu mustahil, kita akan kalah daya saing. Kalau ingin anggaran lebih buat layanan kesehatan, mereka akan bilang, “Mustahil, ini berarti negara totaliter”. Terang saja ada yang salah dengan sebuah dunia dimana kita bisa hidup abadi, tapi tidak bisa menaikkan sedikit anggaran layanan kesehatan. Kita perlu meluruskan prioritas kita. Kita tidak ingin standar hidup yang tinggi, kita hanya sekedar ingin standar hidup yang lebih baik. Bahwa kita adalah komunis disini murni hanya dalam artian bahwa kita menghargai hak milik komunal. Hak milik komunal atas kekayaan alam, atas hak kekayaan intelektual, atas biogenetika. Untuk hal-hal inilah, kita perlu berjuang.
Komunisme memang gagal, namun ancaman terhadap hak komunal masih sama. Mereka bilang bahwa kalian bukan bagian dari rakyat Amerika. Namun kalangan fundamentalis konservatif yang mengklaim diri mereka sebagai rakyat Amerika sejati disini perlu kita ingatkan: Apa sesungguhnya makna Kristianitas? Yaitu roh kudus. Apa itu roh kudus? Yaitu sebuah komunitas umat yang egaliter yang terhubung satu sama lain dengan cinta, dan untuk mewujudkannya hanya berbekal kebebasan dan tanggungjawab. Dalam artian ini, disinilah roh kudus itu. Dan di Wall Street sana, mereka adalah kaum pagan yang menyembah berhala. Maka yang kita perlukan Cuma sedikit kesabaran. Satu-satunya yang saya takutkan adalah bahwa suatu hari nanti kita akan pulang, bertemu setahun sekali sambil minum bir, dan bernostalgia mengenang ”betapa mengesankan waktu itu”. Berjanjilah pada diri kalian bahwa itu tidak akan terjadi. Kita tahu bahwa kerap orang berhasrat akan sesuatu, tapi tidak benar-benar menginginkannya. Jangan takut untuk benar-benar menginginkan sesuatu yang kita hasrati. Terima kasih banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar