Jumat, 21 Oktober 2011

Inside WikiLeaks Bag 2

Bagian kedua dari transkrip talkshow yang menampilkan Slavoj Zizek dan pendiri Wikileaks Julian Assange.
Kali ini Assange menceritakan tentang makna sebenarnya dari revolusi yang dibawa oleh WikiLeaks, dimana golongan kaum muda yang melek internet dan terbebas dari distorsi media mainstream, hari ini justru banyak yang duduk dalam lembaga penting seperti CIA atau News Corporation, juga pengakuannya bahwa ternyata pengetahuannya soal Timur Tengah dia dapatkan selama tinggal di Mesir selama beberapa tahun di rumah, dan ini yang membuat Zizek kayak ekstase, seorang Putri Mesir.
Sementara Zizek menjelaskan tentang ancaman dari kapitalisasi (berkedok reformasi) pendidikan, yang justru menjadi ancaman dari penalaran dan ruang intelektual publik, sebuah analisa yang pas menjelaskan BHMN-isasi PTN di Indonesia.Juga bagaimana posisi tegas Zizek terhadap isu Palestina, yang konsisten mendukung Palestina dan menyerang hipokritnya Israel, yang kerap membawa tuduhan anti-Semit pada dirinya.
Tautan videonya ada disini disini


AMY GOODMAN: Pendapat anda soal Bradley Manning?
SLAVOJ ŽIŽEK: pertama-tama, yang terpenting adalah istilah yang anda berdua pakai, yaitu ruang ekstra-legal, prajurit ilegal, dan sebagainya. Paradoksnya adalah bahwa kita perlu membaca istilah ini murni dalam kaitannya dengan hak asasi manusia. Dan saya tidak menentang HAM disini. Yang saya tentang adalah bagaimana rujukan terhadap HAM secara de facto dilakukan dalam pertarungan ideologi hari ini; bahwa agar bisa berjalan dalam struktur ruang ideologi yang berkuasa, HAM, anda perlu membangun ruang yang bukan lagi ruangan musuh – dalam artian musuh dimana aturan ini bisa berlaku, baik Konvensi Jenewa dan sebagainya – tapi anda perlu menciptakan apa yang oleh pemikir dan politisi besar AS, Dick Chenney, bilang sebagai ‘ruang abu-abu’. Ya itu, bahwa kita harus melakukan sesuatu secara diam-diam; gak usah tanya-tanya, dan sebagainya.
Disini saya bilang, yang terjadi adalah jauh lebih rumit dari apa yang tampak, sebab yang bagi saya begitu menakutkan adalah bahwa konsep seperti prajurit ilegal semakin menjadi kategori legal. Dan disini saya tidak tengah berutopi. Kalau boleh saya – dan ini akan mengejutkan anda – buka-bukaan disini. Saya bisa membayangkan         sebuah situasi dimana, dan saya tidak bilang saya tidak akan menyiksa seseorang, bayangkan saja situasi dimana ada orang yang menculik putri saya, dan kemudian saya bisa menangkap orang itu, dan saya tahu bahwa dia tahu dimana putri saya berada. Disini mungkin, karena rasa jengkel, saya mungkin akan menyiksa dia, atau semacamnya. Yang saya tentang sepenuhnya adalah upaya untuk melegalkan itu. Jika, karena rasa frustasi saya melakukan hal semacam ini, seharusnya itu adalah sesuatu yang tidak bisa dibenarkan, saya hanya melakukannya karena saya terpojok. Yang saya takutkan adalah jika sistem ini dilembagakan, dimana semua ini bisa terjadi, karena kita paham konsekuensinya.
Saya pernah berpolemik, di New York Times, dengan Alan Dershowitz, yang ingin melegalkan penyiksaan. Dan saya membaca salah satu usulannya. Itu adalah hal yang nyeleneh. Misalkan saja, untuk sedikit menakut-nakuti anda, sebagai contoh. Amy dan saya adalah penyiksa. Anda – seseorang harus menjadi pemerannya – menjadi tersiksa. Lantas, misalkan kita akan memanggil seorang dokter yang 
AMY GOODMAN: Jangan bawa-bawa saya, Slavoj.
SLAVOJ ŽIŽEK: Sorry?
AMY GOODMAN: Jangan bawa-bawa saya.
SLAVOJ ŽIŽEK: Oh, sorry, yeah, yeah, OK.
AMY GOODMAN: Anda adalah penyiksa tunggal.
SLAVOJ ŽIŽEK: Tahu kan maksud saya. Siapa yang akan memeriksa anda, dan memutuskan anda bisa menyiksanya sampai titik mana, dan seterusnya. Bagi saya, yang mengerikan bukan hanya – tentu saja, penyiksaan itu sendiri, tapi yang lebih gila lagi adalah, normalisasi penyiksaan ini, yang karena itulah, bagi saya, Manning adalah pahlawannya. Pemuda malang itu, bagi saya, telah melakukan sesuatu yang luar biasa. Anda tahu bagaimana sulitnya mengambil keputusan semacam itu, sebuah keputusan moral mendasar yang lebih diutamakan disbanding pertimbangan legal.
Saya kira – dan mudah-mudahan disini saya tidak menjadi pemimpi. Saya bahkan mau – bukankah ada lembaga yang mengusulkan kandidat penerima hadiah Nobel? Memang ini akan menjadi sebuah gerakan yang gila. Jika ada orang yang hari ini berhak mendapat hadiah Nobel, Manning-lah orangnya, atau orang seperti dia. Tahu kenapa? Disini saya tidak sedang ngawur. Orang biasa, kebanyakan – dan bahkan saya tidak mengidealkan dia. Banyak contoh yang saya tahu dimana orang biasa yang tidak memiliki kelebihan, mereka bukan orang suci. Tapi tiba-tiba saja, mereka melihat sesuatu, seperti halnya dia, melihat semua dokumen ini, dan sesuatu mengatakan padanya, ”Maaf, saya tidak lagi bisa diam, saya harus melakukan sesuatu.”
Hari ini, hal seperti ini begitu berharga, sebab ini juga bertentangan dengan sesuatu yang benar, tapi dimanfaatkan oleh pihak musuh, bahwa ideologi hari ini adalah hal yang sinis dan bahwa orang sudah tidak peduli Tentu saja tidak seperti itu. Saya lebih suka untuk berpikiran moralistic sederhana, bahwa sesekali, bisa terjadi keajaiban etik. Ada orang yang masih bisa peduli. Ini sangat penting, sebab kita tidak boleh menyerahkan laku etis dan bermartabat seperti ini kepada pihak-pihak seperti, Gereja Katolik. Memangnya mereka itu siapa sehingga berhak mengaturnya. Kita, kaum Kiri-lah, yang seharusnya mengambil alih hal ini – saya tahu, ini mungkin terdengar tidak terlalu posmo atau sinis – pandangan bahwa diluar sana, ada orang biasa, tanpa keistimewaan apa-apa, tapi yang tiba-tiba saja, seolah sebuah mukjizat, melakukan sesuatu yang hebat. Itu hampir, bisa dibilang,, satu-satunya harapan kita hari ini.
JULIAN ASSANGE: Menyinggung hal itu, salah satu kesulitan bagi mereka yang dianggap sebagai narasumber – dan sebenarnya, ada satu orang lagi yang masih dipenjara di Swiss karena dituduh membocorkan rahasia informasi perbankan; tidak ada kaitannya dengan kami, tapi itulah tuduhan yang tengah diperiksa – adalah bahwa jika mereka angkat tangan dan bilang, ”Ya, ya akulah pelakunya”, akan mudah untuk membelanya dengan alasan moral, dan akan mudah untuk memberinya banyak pujian, tapi sampai mereka melakukan itu... Alasan mereka adalah bahwa mereka tidak melakukannya, sehingga sangat sulit bagi kita untuk memuji mereka, sebab secara inheren dengan pujian itu, adalah pengakuan bahwa mereka memang melakukan pelanggaran.
AMY GOODMAN: Ngomong-ngomong soal bank, Julian, anda beberapa waktu yang lalu menyatakan bahwa anda memiliki sejumlah besar dokumen tentang Bank of America, tapi belum dikeluarkan. Apakah anda berencana mengeluarkannya?
JULIAN ASSANGE: Ada kesulitan dengan dokumen itu dan sekelompok dokumen lainnya, sehingga kami rasanya tengah diperas terkait dengan dokumen-dokumen tersebut, itu mungkin bisa kami atasi sambil jalan, tapi untuk saat ini masih sulit untuk ditangani. Jadi saya masih belum bisa menjelaskan, bagaimana bentuk pemerasannya, sebab itu mungkin akan memperburuk situasi guna menanganinya, tapi itu seperti yang mungkin sudah diduga banyak orang. Ada berbagai kemungkinan, tapi tebakan anda mungkin jenis yang pertama atau kedua.
AMY GOODMAN: Baiklah, mari sedikit menyinggung tentang awal mula lahirnya WikiLeaks. Ceritakan pada kami bagaimana anda memulainya, namanya, dan apa harapan anda pada saat itu, dan apakah di titik sekarang ini ada sesuatu yang membuat anda menyesal karena belum dicapai, atau sebaliknya anda terkejut dengan hasilnya. WikiLeaks, bagaimana asal mulanya?
JULIAN ASSANGE: Saya kira, saya terkejut dengan hal itu, tentu saja, maksud saya, siapa yang tidak akan terkejut? Saat ini adalah masa yang luar biasa yang tengah saya jalani, dan bisa melihat terjadinya begitu banyak mimpi dan gagasan yang menjadi nyata.
Meski begitu, saya kira itu hanya seperseratus dari apa yang bisa terjadi, dalam artian apa yang harus kita beberkan dan temukan, dan kumpulkan dan sebarkan kepada pikiran orang, dan menjadikannya sebuah catatan sejarah yang solid. Kita perlu sebuah cablegate CIA, SVR, bahkan New York Times, semua kisah yang selama ini sudah dibungkam dan dimanipulasi. Dan begitu kita mulai mendapatkan sejumlah dokumen dan merealisasikan dan melindungi hak dari setiap orang untuk saling berkomunikasi satu sama lain, yang, bagi saya, adalah bahan dasar dari kehidupan yang beradab – jadi bukan hanya hak untuk bicara. Apa artinya punya hak untuk bicara jika anda berada di bulan, dan tidak ada orang yang mendengarkan? Itu tidak berarti apa-apa. Justru, hak untuk bicara muncul dari hak untuk mengetahui. Dan kedua hal itu, hak bicara dan hak untuk tahu, menghasilkan hak untuk berkomunikasi, dan menjadi landasan dari semua hal yang kita junjung tinggi dari kehidupan yang beradab. Dan dengan istilah ’beradab’ maksud saya bukan yang terindustrialkan. Maksud saya orang saling bekerja sama untuk tidak berbuat hal yang bodoh, tapi justru belajar dari pengalaman yang silam dan satu sama lain, saling membantu untuk bisa menjalani hidup dengan cara yang lebih mudah.
Jadi, upaya untuk melindungi catatan sejarah dan memungkinkan setiap orang untuk ikut mencatat sejarah adalah kegiatan yang sudah saya tekuni selama 20 tahun terakhir, dengan berbagai cara. Ini berarti melindungi orang yang menyumbang catatan intelektual kolektif kita, dan ini berarti juga melindungi penerbit dan mendorong penyebaran catatan sejarah ini kepada semua orang yang perlu mengetahuinya. Lagi pula, sebuah catatan sejarah yang tidak memiliki sesuatu yang menarik minat kita sama saja dengan bukan catatan sejarah.
Jadi, visi jangka panjang itu adalah sesuatu yang saya coba kembangkan dengan berbagai cara. Dan saya lihat, di sekitar 2006, bahwa ada cara untuk menegakkan keadilan melalui proses ini yang bisa diwujudkan memakai modal intelektual dan sosial yang tersedia. Dan itu adalah sebuah rencana yang kompleks. Mungkin anda perlu membavca – ada sejumlah tulisan di WikiLeaks yang membahas ini secara lebih detil. Sehingga, untuk menyatukan ini semua adalah hal yang sulit dilakukan, dan untuk merencanakannya, mengumpulkan sumberdaya dan membangun tidak hanya ideologi yang bisa didukung rakyat, dan diperkuat oleh, dan para narasumber diperkuat olehnya, tapi juga dirasa oleh rakyat perlu untuk dibela.
Dan itu adalah salah satu – saya kira sangat menarik bahwa sekalipun dua kali tempat acara ini dibatalkan – tempat yang sudah kita sewa sebelumnya, termasuk di Institute for Education dari University of London, dengan alasan bahwa acara ini akan terlalu kontroversial. Dan karena itulah kita akhirnya berada disini, di Troxy. Meski demikian, Slavoj Zizek, saya dan Amy Goodman telah berhasil mengundang 2000 orang di London pada hari Sabtu dengan biaya 25 pound per kursi. Dan bagi saya, ini adalah hal yang sangat membesarkan hati. Di satu sisi, kita mengalami sensor kelembagaan rendahan yang berlangsung setiap hari yang bilang bahwa acara ini adalah terlalu kontroversial, dan karena itu kita tidak boleh mengadakannya di lembaga pendidikan. Di sisi lain, anda semua hadir disini. Dan saya tidak yakin ini akan bisa terjadi lima tahun lalu. Bahkan, saya sangat yakin bahwa ini tidak mungkin terjadi 5 tahun lalu. Sehingga, ketika saya bilang sebelumnya bahwa sensor juga adalah berarti peluang, dan sensor membuka sesuatu yang cukup positif di masyarakat, dan masyarakat tanpa sensor adalah situasi yang buruk, maka jika sensor membuat kita tidak bisa mendapatkan tempat acara ini dengan mudah juga terkait dengan kenapa anda semua ada disini. Ini adalah sisi lain dari koin yang sama, bahwa orang takut jika perubahan bisa dilakukan. Dan anda semua hadir disini karena anda berpikir bahwa perubahan adalah mungkin, dan anda mungkin saja benar. Makanya, menyaksikan ini semua adalah pengalaman yang sangat luar biasa.
Dan, jika melihat ke belakang, saya kira saya cukup sinis dan keduniawian lima tahun lalu, dan tentu saja saat itu saya adalah seorang pemuda yang naif dan bodoh. Dan belajar bagaimana untuk – dari posisi di tengah pusaran badai, saya telah belajar tidak hanya tentang struktur pemerintah, tidak hanya bagaimana kekuasaan beredar di banyak negara yang kami tangani, tapi lebih pada bagaimana sejarah dibentuk dan didistorsi oleh media. Dan saya kira distorsi sejarah oleh media ini, dari semua hal yang perlu kita paham jika kita ingin bekerjasama sebagai sebuah peradaban, adalah hal yang paling buruk. Itu adalah hambatan terbesar kita untuk mencapai kemajuan. Tapi hal ini tengah berubah. Kita tengah merontokkan media yang dekat degan kekuasaan dengan berbagai cara, dan – tapi itu belum berakhir, yang karena itulah yang menjadikan masa saat ini begitu menarik, bahwa kita bisa memakai internet dan berbagai mekanisme komunikasi yang kita miliki menjadi nilai dari generasi baru, yang telah dididik oleh internet dan tumbuh diluar distorsi media mainstream. Dan semua orang muda itu menjadi semakin penting di dalam berbagai lembaga.
Jadi, mungkin ini akan kita bicarakan nanti, Amy, tapi yang mau saya bilang adalah apa maknanya ketika lembaga – bagaimana lembaga yang paling kuat semacam CIA atau News Corporation, semua diorganisir oleh para programmer computer, memakai admin sistem, memakai teknisi dari orang muda. Apa artinya ketika para orang muda ini mengadopsi sistem nilai tertentu, dan mereka berada di lembaga dimana mereka tidak menyetujui sistem nilai tersebut, padahal di tangan merekalah mesin sistem itu berada? Sebab sudah pernah terjadi momen semacam itu dalam sejarah. Dan para orang teknis muda itulah yang paling melek internet dan memiliki kemampuan terbesar untuk menerima nilai baru yang tengah disebarkan dan informasi dan fakta baru tentang realitas yang disebarkan diluar distorsi media mainstream.

SLAVOJ ŽIŽEK: Sekarang saya merasa seperti komentator Stalinis, sang pemimpin sudah bersabda, dan saya hanya bisa memberi pendalaman, dan dengan senang hati. Pertama saya ingin memulai dengan apa yang anda bilang. Ini sangat penting. Saya punya istilah filosofis untuk itu. Ketika anda membahas tentang hak untuk bicara, hak untuk tahu, hak untuk berkomunikasi dan seterusnya. Menurut saya, seperti yang mungkin banyak dari anda yang sudah tahu, dalam sejarah pemikiran modern, yang pertama merumuskan hal ini adalah Immanuel Kant dalam penjelasannya yang sangat bagus tentang perbedaan antara penalaran privat dan publik. Permbedaan ini begitu bagus, sebab, bagi Kant, penalaran privat itu bukan ketika saya ngumpul-ngumpul dengan kawan-kawan saya di dapur apartemen saya atau di bar. Tidak seperti itu. Bagi Kant, fakultas teologi, hokum, ilmu politik, dimana apa yang anda pikirkan, perdebatkan, dan kembangkan adalah untuk melayani tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh struktur kekuasaan atau ideologi dan sebagainya. Bagi Kant, kita disini sekaranglah, yang mengambil jarak dengan hirarki politik – dalam artian pihak penguasa, ruang struktur kekuasaan – kitalah penalaran public.
Dan kenapa ini sangat penting? Sebab yang saya lihat, WikiLeaks adalah bagian dari perjuangan global yang tidak hanya terbatas pada domain sempit hak untuk tahu, dalam artian hak atas informasi dan seterusnya, tapi juga bahkan pendidikan. Tahukah anda – yang saya maksudkan anda disini adalah warga Inggris – akan kengerian apa yang tengah berlangsung dengan reformasi universitas, privatisasi baru dan sebagainya. Ini semua adalah sebuah serangan terencana terhadap penalaran publik. Dan ini berlangsung di seluruh Eropa. Namanya, reformasi pendidikan tinggi Bologna, dan tujuannya sangat jelas. Mereka sendiri yang menyatakannya. Yaitu untuk membuat universitas lebih responsif terhadap kehidupan sosial, atas masalah sosial. Kedengarannya sih bagus. Tapi arti sebenarnya adalah bahwa kita semua perlu menjadi pakar. Seperti yang dikatakan salah satu tokoh Prancis, yang belakangan menjadi menteri, kepada saya dalam sebuah debat di Paris. Misalnya, terjadi pembakaran mobil di pinggiran Paris. Yang kita butuhkan adalah psikolog yang akan menjelaskan bagaimana cara mengendalikan massa, ahli tata kota yang akan menjelaskan bagaimana menata ulang jalanan sehingga massa mudah dipecah dan sebagainya. Seperti, kita disini perlu semacam tukang servis atau spesialis ideologis untuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh pihak lain. Bagi saya, ini adalah akhir dari kehidupan intelektual yang kita pahami.
Dan disini kita perlu mengejarnya sampai titik ekstrimnya, dari semua ocehan kaum sayap-kanan anti imigran – sori, saya memakai istilah yang tidak pantas, terapkan cara Stalinis, pakai lagu perjuangan kelas pekerja dilatar belakangnya. Sorry, sekarang beneran serius, ketika kita dengar ungkapan “Oh, imigran, orang Pakistan, Muslim, mengancam peradaban Judeo-Kristen”, maaf saja, asset terbesar peradaban Judeo-Kristen, yang bahkan bisa anda temui dalam istilah roh kudus dari umat kaum beriman diluar struktur kemapanan, itu justru adalah ruang independen dari penalaran publik. Jadi, yang saya maksudkan bahwa jika ada yang layak untuk dibela dari apa yang disebut – dan saya benci banget dengan istilah ini – warisan Judeo Kristen, pandangan bahwa demokrasi tidak hanya sekedar hak mastubatoris untuk memilih dalam pemilu, tapi, seperti yang anda bilang, sebuah ruang publik untuk berdebat, berkomunikasi dan sebagainya. Maka jawaban kita terhadap para politisi dan tokoh anti imigran, populis itu adalah bukan rasa bersalah kaum kulit putih liberal, “oh, kalian adalah pembela warisan Judeo-Kristen, dan kita merasa bersalah. Ya ampun, betapa banyak kesalahan yang telah kita lakukan, semua hal-hal yang buruk di dunia ini adalah akibat dari imperialisme Eropa.” OK, mungkin saja itu benar, tapi yang seharusnya kita katakan kepada mereka adalah “Memangnya kalian siapa kok berani-beraninya ngomong tentang warisan Judeo-Kristen?” Reformasi Universitas yang kini tengah berlangsung di Inggris inilah yang justru menjadi ancaman terbesar warisan Judeo-Kristen. Para kaum anti imigran, mereka inilah yang menjadi mimpi buruk. Bayangkan jika Le Pen berkuasa di Prancis, dan sebagainya. Bagi saya, itu akan menjadi akhir dari Eropa, dalam artian apa yang progresif di Eropa.
Jadi, sekali lagi, bagi saya, sebagai bagian dari perjuangan yang lebih besar, khususnya terkait dengan, masalah besar didunia, misalnya, masalah ekologis. Ini sangat penting. Kalau boleh saya contohkan, yang menurut saya contoh ini begitu jelas. Baru-baru ini – dan karena itulah saya ingin menanyakan langsung kepada anda (Assange), kalau boleh, lewat anda (Goodman), bahwa…
AMY GOODMAN: Langsung saja.
SLAVOJ ŽIŽEK: Anda dan China. Bukan anda sebagai pribadi, tapi WikiLeaks dan China, karena rakyat China akan membayar mahal justru karena pembungkaman ruang penalaran publik, dimana? Seorang teman saya dari China yang cerita soal ini. Saat ini di China, sekitar satu atau dua bulan lalu, bahkan pemerintah mengakui dampak geologis yang dahsyat dari Dam Tiga Ngarai (Three Gorges), yaitu sebuah danau buatan terbesar di dunia, yang berukuran 250 kali 400 mil. Mereka, pemerintah, mengakui bahwa masalahnya adalah ini: danau itu ternyata berada tepat diatas patahan subteranean, yang bergeser ketika terjadi gempa bumi. Sehingga mereka mengakui bahwa gempa besar – anda ingat ketiga berlangsung tiga tahun di Sichuan – jika tidak dipicu, setidaknya menjadi lebih kuat akibat hal ini. Dan ini tidak sama halnya dengan ungkapan “Setelah peperangan, semua orang bisa menjadi jendral yang bijaksana”. Sama sekali tidak seperti itu, beberapa teman, ketika saya berkunjung ke China empat, lima tahun silam, bercerita bahwa mayoritas ahli geologi sudah mengingatkan akan resiko bahaya ini kepada pemerintah.
Kedua, karena terkonsentrasinya air disana, dampaknya terhadap kekeringan juga dirasakan semakin kuat. Sebab permukaan air terlalu rendah, seluruh sistem Sungai Kuning adalah alur transportasi utama di China. Dan lalu lintas disana praktis berhenti dan seterusnya. Dan inilah akibat dari berhentinya penalaran publik.
Maka, sekarang, sebagai kesimpulan, satu hal terakhir. Ini bukanlah kritik terhadap anda, tapi untuk mengklarifikasi apa yang bisa dilakukan WikiLeaks. Kita seharusnya tidak memfetiskan kebenaran sedemikian rupa. Kita hidup di tengah periode investasi ideologis yang luar biasa, masa ketika ideologi begitu kuat justru karena dia tidak dialami sebagai ideologi.
Dan apa yang bisa terjadi? Saya akan sampaikan sebuah cerita dari Israel, seperti diceritakan seorang teman saya disana. Sekitar lima, enam tahun yang lalu, salah satu sejarawan mereka menulis sebuah laporan yang jujur, tentang bagaimnana pada saat kemerdekaan, perang 48-49, tentara Israel memang benar membakar sejumlah desa Palestina dan sebagainya – sebuah pandangan yang lebih berimbang. Awalnya, semua kritikus Kiri merasakan semacam orgasme intelektual. ”Oh, bagus sekali”. Sampai kemudian mereka mendapat kejutan terbesar, si ahli sejarah ini bilang, ”Tidak, tidak begitu. Yang saya maksudkan adalah bahwa itu adalah hal yang tak terhindarkan.” Maksud dari si sejarawan adalah ”Jika saja kita mengusir semua orang Palestina dari Tepi Barat, maka hari ini tidak akan ada masalah seperti ini”
Jadi, yang coba saya sampaikan adalah, bahwa saya tidak sependapat bukan dengan anda, tapi misalnya, dengan orang yang saya hormati, Noam Chomsky. Seorang teman bercerita bahwa Chomsky bilang padanya di sebuah makan siang baru-baru ini di New York bahwa hari ini semua hal sudah sedemikian jelas, sehingga kita tidak perlu lagi kritik atas ideologi, yang perlu kita sampaikan kepada orang-orang adalah kebenaran. Tidak, kebenaran harus dikontekstualkan dalam artian apa yang dibenarkan olehnya, apa yang dikatakan, apa yang disanggah dan sebagainya.
Sehingga, untuk sungguhan menyimpulkan, inilah yang menjadi poin saya atas WikiLeaks, bahwa anda tidak sekedar menyampaikan kebenaran. Anda menyampaikan kebenaran dengan cara yang tepat menghadapi makna eksplisit dari pembenaran, rasionalisasi dan sebagainya – diskursus publik dengan pra-anggapan implisitnya. Jadi tidak hanya menyampaikan kebenaran, dan ini sangat penting.
Kenapa? Sekarang saya simpulkan, jangan khawatir. Sebab anda tahu anekdot menarik dari Marx bersaudara, yang menurut saya persis menggambarkan model dari ideologi hari ini. Mengapa? Sebab, seperti, jika anda mendengarkan seseorang seperti, si pebisnis gagal yang kemudian merusak Militer AS, Donald Rumsfeld? Ya ampun, baca biografinya. Mereka tanpa ragu bisa membuktikan bahwa dia bahkan sangat bodoh, seorang manajer yang buruk – benar-benar mitos kalau disebut bahwa dia adalah pebisnis yang jenius. Tapi, OK, kembali ke maksud saya, ketika bagaimana, penjelasan sinisnya terhadap perang Iraq, ketika dia mendapati bahwa tidak ada senjata pemusnah massal, adalah bahwa, ”OK, memang kami bohong, tapi kami bohong dengan tulus dan niat baik. Kami memanipulasi anda, tapi ini adalah bagian dari strategi yang lebih besar, dan sebagainya. Ini mungkin adalah bagian dari pembelaan yang paling cerdas, licik, sinis dan efektif atas seorang pembohong, ketika dia bilang, ”OK, saya memang bohong, lantas kenapa? Saya secara terbuka mengakui bahwa saya bohong, dan karena itu, saya telah berlaku jujur!”
Disini kita perlu mengulang apa yang dibilang Marx Bersaudara, dan inilah yang secara de facto anda lakukan, menurut saya. Anda tahu kalimat menarik dari Groucho Marx, ketika dia berperan sebagai pengacara membela kliennya, dan dia bilang, ”Orang ini tampangnya kayak orang idiot, dan berlaku kayak orang idiot. Tapi jangan sampai tertipu. Orang ini memang idiot!” Kita harus bilang kepada Donald Rumsfeld. “OK, anda mengaku anda bertindak seperti seorang pembohong, Anda adalah penipu dan pembohong. Tapi seharusnya ini tidak menipu kita. Anda adalah praktis memang seorang penipu dan pembohong.” Kita seharusnya tidak membiarkan ruang bagi mereka untuk menjual kebohongan mereka dengan cara yang sinis.  Beginilah bagaimana ideology hari ini bekerja.
AMY GOODMAN: Julian Assange, saya ingin bertanya soal pergolakan di Arab dan tentang apa yang menurut anda sebagai peran WikiLeaks dalam apa yang dimulai di Tunisia, ke Mesir, dan sedang kita saksikan di Bahrain, Yaman dan Syria, Libya. Apa peran yang dimainkan WikiLeaks?
JULIAN ASSANGE: Sulit untuk mengurainya, tapi cerita bahwa kami mendapat dukungan dari orang-orang di Mesir dan dari surat kabar Al Akhsbar, salah satu Koran terbesar yang terbit di Timur Tengah dari Lebanon.
AMY GOODMAN: Anda pernah tinggal di Mesir.
JULIAN ASSANGE: Saya tinggal di Mesir selama 2007, sehingga saya cukup akrab dengan rejim Mubarak dan tarik menarik dalam lingkungan Mesir. Sebenarnya, saat itu saya tinggal di waktu yang agak tidak umum, dimana ketika itu saya tinggal di rumah Putri Mesir. Dan rumah Putri Mesir, disamping memiliki banyak foto Putri Mesir, bertetangga dengan bangunan kedutaan AS dan Komisi Tinggi Inggris, dengan mobil patroli berisi 24 tentara tepat di depan rumah. Sehingga, terkait dengan jenis pekerjaan yang kami lakukan, ini jadi semacam penyamaran teraman, dimana kami bersarang.
Tapi, anda tahu, ini sangat menarik – Mesir adalah tempat yang menarik. Pada saat itu, anda tidak merasa, di sebagian besar tempat di Kairo, keberadaan kediktatoran. Bahkan, jika anda melihat di jalanan, orang pergi ke tempat kerja. Mereka pergi ke cafe, dan menikmati sisha di sore hari. Bocah yang melombakan merpati di atap-atap gedung. Dan faktanya, landasan ekonomi dan teknologi dari Cairo tampak sama persis dengan London, kalau anda bandingkan dengan Aborigin Australia. Maka, bagi saya, jika kita bilang bahwa demokrasilah yang menguasai dan mengatur negara AS, dimana letak Kementrian Dalam Negeri dan Luar Negeri, disanalah tingkat paranoia dan ketakutannya terlihat, dan dijaga dengan senapan mesin. Pada saat itu, terdapat 20.000 tahanan politik dari berbagai jenis di Mesir. Tapi ingat, Mesir memiliki penduduk 80 juta orang.
Jadi, ini adalah sesuatu yang selalu saya sadari, ketika anda memiliki pemikir yang menulis, dan menulis tentang masalahnya, sebab ini adalah cerminan dari masalah yang hari ini kita hadapi dengan media mainstream, yaitu, penulis selalu menulis sesuai selera, pertimbangan dan kepentingan mereka sendiri. Sebuah Negara yang beralih dari posisi, bisa beralih dari awalnya tidak memperlakukan penulis dengan baik menjadi memperlakukan penulis dengan baik, dan tidak memperlakukan masyarakat umum dengan baik. Yang saya maksud dengan penulis disini adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menyuarakan pendapat mereka. Maka bagi ke 20.000 tahanan politik itu, mereka tidak mendapat perhatian apapun dari media Barat. Sementara, ditempat lain, misalnya di Iran, kita mendengar kisah serupa. Menarik bahwa Mesir dianggap sebagai sekutu kuat Israel dan AS di kawasan itu, dank arena itu semua pelanggaran HAM dan politik yang terjadi setiap hari di Mesir tidak bisa disampaikan.
Dan pernah ada sebuah kejadian yang agak tidak lumrah bagi Mesir, tapi mungkin adalah tanda dari kecerdikan dari pergolakan di Arab ketika ke 20.000 tahanan ini mulai melakukan pemogokan menuntut hak berkunjung, agar istri-istri mereka diperbolehkan mengunjungi mereka dan bisa berhubungan badan, dan mendekati seorang ulama terkemuka untuk mewakili suara mereka dan menyatakan, “Dengar, bahwa mereka adalah agitator politik sudah merupakan hal yang buruk, jangan diperburuk sehingga mereka menjadi agitator politik yang homo.” Dan ini adalah sesuatu yang diberitakan oleh media Barat, sebab mengandung citarasa yang nyeleneh. Dan itulah dari sebagian pengalaman saya selama tinggal di Mesir.
Belakangan, ketika kami mengerjakan kasus Cablegate, kami memilih mitra media dari Prancis, Le Monde, guna menyebarkan masalah ini di Prancvis, sebab kami tahu itu akan berdampak terhadap wilayah Afrika Utara yang berbahasa Prancis. Juga, ada berita yang diterbitkan pada awal Desember oleh Al Akhbar dalam bahasa Arab di Lebanon, dan juga Al-Masry Al-Youm di Mesir, sekalipun bahan yang diterbitkan di Mesir pada bulan Desember, dibawah pemerintahan Mubarak, masih cukup lunak, diakibatkan ancaman yang ada terhadap surat kabar. Tapi Al-Masry Al-Youm berusaha sebisanya, dan ada sejumlah kabar penting yang keluar tentang rejim Ben Ali di Tunisia.
Nah, tentu saja, argumen yang kerap dipakai, termasuk, misalnya, dalam hasil pemilu bahwa kami terlibat di Kenya pada 2007, adalah bahwa kita mengabarkan kepada rakyat apa yang sebenarnya terjadi, dan lantas mereka marah akan hal itu, dan mereka akan menentangnya. Tapi sebenarnya, situasi yang terjadi jauh lebih menarik dari penjelasan semacam itu. Memang, rakyat sudah mulai tahu bahwa pemerintah AS tahu, dan AS tidak bisa membantah apa yang tengah berlangsung di Tunisia. Dan lantas kelompok elit di dalam maupun di luar negeri juga mulai tahu apa yang terjadi dan tahu bahwa mereka tidak bisa membantah hal itu. Sehingga, terbangun situasi dimana mustahil bagi AS untuk mendukung rejim Ben Ali dan ikut campur dalam revolusi di Tunisia secara langsung. Mirip dengan Prancis yang mustahil untuk mendukung Ben Ali atau mitranya dengan cara yang seperti sebelumnya.
Juga, bagian dari strategi kami dalam menangani kawasan ini, dan cara kami untuk bertahan dalam menangani Cablegate adalah dengan cara mendahului. Karena itulah, kami mendapati Arab Saudi mendesak sejumlah Negara di Timur Tengah, dan bahkan menginvasi Bahrain. Tapi karena masing-masing Negara itu juga menghadapi masalahnya sendiri, dan krisis politik yang perlu ditangani, mereka cenderung mementingkan diri sendiri, dan tidak mungkin membantu tetangganya. Jadi, Cablegate, jika dipikir-pikir, telah menyebabkan para elit yang saling mendukung di kawasan Negara-negara berbahasa Arab, dan di internal mereka – antara Eropa dan Amerika dengan Negara-negara ini, untuk mengurusi masalah domestic mereka dan tidak punya waktu untuk melakukan taklimat intelijen atau mengirim agen rahasia atau dukungan lainnya. Dan para aktivis di Tunisia menyadari hal ini. Sehingga, dengan cepat, mereka melihat terbukanya sebuah peluang.
Dan informasi yang ada di situs kami, dengan cepat diblokir oleh pemerintah Tunisia. Al Akhbar juga dilarang terbit. Serangan hacker dilakukan terhadap Al Akhbar. Banyak juga yang diarahkan kepada kami, tapi kami berhasil mengatasinya. Al Akhbar akhirnya dikuasai. Situs mereka diarahkan ke situs penyedia jasa sex di Arab Saudi. Percaya atau tidak, memang beneran ada lho situs sex Saqudi. Dan Al Akhbar berhasil mengembalikan situs mereka dengan bantuan dari kemenlu Lebanon. Dan kemudian, apa yang saya yakini sebagai hacker komputer yang dibiayai negara karena kerumitan teknologi yang mereka pakai, berhasil menghapus semua pemberitaan Cablegate Al Akhbar.
Kabar soal Tunisia kemudian tersebar secara online, dalam bentuk lainya, diterjemahkan oleh kelompok kecil di internet yang menyebut dirinya Tunileaks, dan karena itu menampilkan sejumlah fakta yang bisa dipahami oleh semua orang, dan tidak ada yang bisa membantah, bahwa rejim Ben Ali secara fundamental adalah korup. Bukannya rakyat tidak tahu apa yang terjadi, tapi hal itu menjadi tak terbantahkan oleh siapapun, termasuk oleh pemerintah AS, dan bahwa AS, atau setidaknya Depdagri, bisa diduga, bahwa jika mereka harus memilih apakah harus mendukung militer atau Ben Ali, mereka mungkin akan mendukung militer, kelas militer, bukannya kelas politisi. Sehingga ini membawa keyakinan pada aktivis dan militer bahwa mereka bisa mulai menjalankannya.
Namun ini saja tidak cukup. Memang semua ini masih diranah intelektual dan sulit membuat perbedaan besar di Tunisia. Sampai kemudian terjadi peristiwa yang melibatkan seorang teknisi komputer berusia 26 tahun, yang membakar dirinya pada 16 Desember tahun lalu.
AMY GOODMAN: Mohamed Bouazizi.
JULIAN ASSANGE: Yeah. Dan dia masuk rumah sakit dan akhirnya meninggal pada 4 Januari. Dan ini menjadikan kemuakan dan ketidakpuasan intelektual akan adanya perubahan menjadi semacam gejolak fisik dan emosional yang mewujud di jalanan, dan ini lah yang kemudian menjadi penentu perubahannya.
Tapi ada isu lain yang lebih sistematis yang juga hadir disana, yaitu semakin uzur-nya praktek kekuasaan di Timur Tengah dimana rezim yang ada menjadi semakin lemah, dan kendali intelektual dari rezim-rezim itu juga semakin melemah. Ada juga meningkatnya pemakaian TV satelit dan keputusan dari staf Al Jazeera untuk mengambil gambar dan menayangkan protes yang terjadi langsung dari jalanan.
Nah, sebagian besar revolusi bermula dari situasi semacam ini, dimana semua orang bisa menyuarakan aspirasinya, sementara sang penguasa menganggap, “Itu cuman suara orang yang kecewa. Itu Cuma minoritas, hanya segelintir orang dan bukan suara mayoritas.” Dan yang dilakukan media adalah menyensor suara-suara itu dan mencegah sehingga rakyat tidak paham bahwa apa yang tengah berlangsung sebenarnya adalah suara yang oleh negara dipandang minoritas itu adalah justru yang mayoritas. Dan begitu rakyat menyadari bahwa pandangan merekalah yang mayoritas, mereka lantas juga menyadari bahwa secara jumlah mereka juga unggul. Dan tidak ada cara yang lebih baik untuk mewujudkan hal ini selain dengan berkumpul di semacam ruang publik (alun-alun), yang karena itulah posisi Alun-alun Tahrir di Mesir begitu penting, sebab semua orang bisa melihat bahwa jumlah mereka ternyata sangat besar.
Dan itulah – seperti yang biasanya saya kira, bahwa kerap terjadi momen politik semacam itu, dan salah satunya di Timur Tengah, yang – yang mungkin sedang kita alami. Semacam, anda tahulah, apa yang terjadi sesaat sebelum Tembok Berlin ambruk, semua orang mengira itu adalah ha yang mustahil. Mengapa? Maksud saya, bukannya rakyat tiba-tiba saja menerima banyak informasi baru. Lebih pada, informasi baru yang mereka terima adalah bahwa ternyata semua orang, mayoritas rakyat, ternyata merasakan hal yang sama dengan yang mereka rasakan, dan mereka menjadi yakin akan hal itu, lantas muncul perubahan yang tiba-tiba, sebuah pergantian situasi, lalu muncullah revolusi. Jadi, saya sering merasa bahwa kita tengah berada di ujung dari situasi ini dan bahwa cara-cara alternatif dimana rakyat menjadi sadar bahwa keyakinan mereka, apa yang saling mereka yakini, adalah sesuatu yang akan melahirkan pergeseran demokratis.
Saya kerap mengecam para blogger sebagai orang yang hanya ingin menampilkan solidaritas perkawanan saja, dan tidak benar-benar menampilkan sebuah berita yang orisinil, tidak melakukan kerja yang orisinil, ketika kami menampilkan banyak dokumentasi terkait segala macam hal, sekalipun situasi ini, dan ini menariknya, mulai membaik. Kami sering menemui blogger Kiri yang tidak menanggapi kabar baru soal Panama, yang menampilkan bahwa AS mendeklarasikan hak untuk memeriksa sepertiga kapal di dunia tanpa kewenangan yang sah. Mereka acuh saja dengan hal semacam ini. Justru, mereka membaca halaman depan New York Times dan menyatakan, “Saya tidak setuju” atau “Saya setuju” atau “Saya setuju dengan catatan”. Dan ini adalah kondisi yang mengandung semacam kemunafikan, yaitu untuk menunjukkan anda peduli padahal sebenarnya anda tidak melakukan apa-apa, dan ini dulunya sering membuat saya kesal. Tapi hal semacam ini ternyata ada gunanya. Yaitu untuk menunjukkan ala alun-alun tadi, untuk menunjukkan jumlah suara yang sama, baik yang setuju maupun tidak.
AMY GOODMAN: Sebelum anda menanggapi, saya hanya ingin tanya, karena anda menyebut apa yang barusan dikeluarkan WikiLeaks, anda juga baru saja menuntut MasterCard dan Visa. Bisakah anda jelaskan, akhir pekan ini, kenapa anda melakukannya?
JULIAN ASSANGE: Anda tahu, ketika Daniel Ellsberg mengeluarkan Pentagon Papers—bahkan, saya ngobrol dengan Daniel Ellsberg tadi malam. Dia menceritakan sebuah kejadian menarik soal ini. Tapi tahukah anda bahwa New York Times sebenarnya sudah memiliki 1000 halaman Pentagon Papers sebulan sebelum Daniel Ellsberg menyerahkan Pentagon Papers kepada New York Times? Berita baru, materi yang menarik. Yeah, mungkin itu kita bahas lain kali.
Sorry, apa yang anda tanyakan tadi? Oh, ya, MasterCard. Nah, ketika Daniel Ellsberg menerbitkan Pentagon Papers, apakah situasi tiba-tiba berubah? Faktanya, Nixon justru terpilih kembali setelah Daniel Ellsberg mengeluarkan Pentagon Papers. Perang Vietnam tidak berhenti. Tapi informasi itu tetap saja penting dalam banyak hal, dan kian penting seiring berjalannya waktu.
Hal terpenting yang ditimbulkan oleh Pentagon Papers adalah reaksi kepada dokumen itu, sebab Pentagon Papers menggambarkan situasi di masa lalu, seperti apa dulunya, namun reaksi atas Pentagon Papers menggambarkan apa yang terjadi sekarang, dan itu menunjukkan jangkauan yang luar biasa dari pemerintahan Nixon, dengan berbagai usaha mereka untuk menutupi banyak hal. Dan sebenarnya, New York Times mungkin tidak akan menerbitkan Pentagon Papers kecuali mereka mengira bahwa dokumen itu toh akan diterbitkan juga, yang memang benar terjadi. Dokumen itu direncanakan akan diterbitkan empat bulan kemudian, dalam bentuk buku. Sangat, sangat menarik.
Nah, pada 6 Desember tahun lalu, Visa, MasterCard, PayPal, Bank of America, Western Union semuanya membentuk geng untuk melakukan blokade ekonomi terhadap WikiLeaks, dan blokade itu berlangsung sampai sekarang. Nah, sudah 6 bulan kami mengalami blokade ekonomi ekstra-yudisial yang terjadi tanpa proses apapun. Bahkan, hanya ada dua penyidikan resmi akan hal ini, yang pertama pada 13 Januari silam oleh Timothy C. Geithner, Menteri Keuangan, yang menyimpulkan bahwa tidak ada dasar hukum untuk melakukan blokade ekonomi terhadap WikiLeaks, dan yang lain oleh anak perusahaan Visa, yang menangani pembayaran di Eropa, Teller, yang menyimpulkan bahwa kami tidak melanggar aturan apapun dari Visa. Itulah dua penyidikan resmi yang dilakukan. Namun tetap saja, blokade itu berlanjut. Ini adalah hal yang luar biasa, bahwa kita mendapati Visa, MasterCard, Western Union, dan lainnya, yang semuanya merupakan instrumen dari kebijakan luar negeri AS, tapi tidak dalam artian instrumen AS yang bekerja dibawah hukum kebijakan luar negeri, tapi sebagai instrumen dari jaringan patronase kebijakan Washington. Karena itu mereka bekerja tanpa proses yang adil sama sekali.
Dan karena itu, selama beberapa bulan terakhir – anda tahu, kami memiliki sejumlah kasus, jadinya perhatian kami agak teralihkan. Tapi selama beberapa bulan terakhir, kami tengah mengumpulkan bahan untuk melawan Visa dan Mastercard, dibawah Perundangan Eropa. Visa dan MasterCard bersama-sama memiliki sekitar 95 persen dari industri kartu kredit dan pembayaran di Eropa, dan karena itu mereka mendominasi pasar, dan itu berarti, dibawah Hukum di Eropa, mereka tidak bisa terlibat dalam tindakan tertentu untuk menyingkirkan orang dari pasar.
AMY GOODMAN: Bicara tentang kasus hukum lainnya. Saya hanya ingin bertanya tentang apa yang akan anda hadapi minggu depan, kasus ekstradisi pada 12 Juli. Majalah The Nation membuat dua tulisan, satu baru akan terbit. Dan mereka mengutip pengacara baru anda, Gareth Pierce, yang terkenal karena membela tahanan Guantanamo, seorang pengacara HAM yang terkemuka. Dan Tom Hayden, yang menulis artikel, melakukan wawancara dengan banyak orang di Swedia dan AS dan menyebut tentang semacam perasaan di kalangan orang Swedia akan adanya serangan, yang juga terwakili oleh sikap bekas pengacara anda, atas sistem peradilan di Swedia, dan atas integritas wanita disana. Dia mengutip Gareth Peirce yang mengatakan, “
JULIAN ASSANGE: Wah, pengacara kami tidak pernah menyerang integritas apapun dari wanita.
AMY GOODMAN: Ya, dia mengutip Gareth Peirce yang bilang, “Sejarah dari kasus ini adalah sama sial dan mustahilnya untuk dibayangkan. Setiap orang yang terlibat layak dihormati dan didengar.” Dan saya ingin menanyakan apakah anda melihat ini sebagai perubahan pendekatan dari tim hukum anda dalam menghadapi kemungkinan ekstradisi anda dari Swedia?
JULIAN ASSANGE: Mungkin. Maksud saya, situasinya – apa yang berlangsung di Eropa dan Swedia sebenarnya menarik. Maksud saya, itu adalah hal yang akhirnya saya tahu karena saya terlibat didalamnya. Tapi secara intelektual itu adalah hal yang luar biasa. Nah, kami lihat, misalnya, bahwa Uni Eropa memberlakukan sistem surat penahanan. Dan sistem surat penahanan untuk mengekstradisi seseorang dari satu negara ke negara anggota Uni Eropa lainnya diberlakukan sebagai respon atas 9/11 guna mengekstradisi teoriris, agar bisa berlangsung dengan cepat. Dan diperkenalkanlah, atau didaur ulanglah konsep saling pengakuan dari Uni Eropa. Ini adalah semacam istilah yang manis, bahwa satu negara anggota UE mengakui aturan negara UE lainnya, dan berlanjut hingga pengakuan atas satu pengadilan dengan pengadilan lainnya. Tapi sebenarnya, yang tampaknya sedang berlangsung disini, kalau dipikir-pikir, mengingat realitas bahwa ada tiga orang setiap harinya yang diekstradisi dari negara ini ke penjuru Eropa lainnya, yang terjadi adalah saling pengakuan atas elit dari masing-masing negara UE. Ini adalah metode yang terjadi. Sehingga, elit dari setiap negara UE, benar-benar secara harfiah, membuat kesepakatan satu sama lain untuk saling mengakui dan tidak mengeluhkan perilaku masing-masing.
Nah, anda mungkin akan bilang, ya, OK, kita punya berbagai macam sistem peradilan di UE dan berbagai negara lain. Memang, bentuknya beragam. Beberapa mendingan, yang lain lebih buruk, tergantung pada sistem nilai anda. Tapi kita sudah terjerembab begitu dalam sehingga yang terjadi tidak lagi seperti itu. Sistem surat penahanan Eropa ngomong soal saling pengakuan atas kewenangan yudisial, dan peradilan masing – masing. Tapi itu juga membiarkan setiap negara mendefinisikan apa yang mereka anggap otoritas yudisial. Dan Swedia telah memilih untuk menyebut polisi dan penuntut sebagai otoritas yudisial. Dan alasan dari pemakaian istilah ini, di dalam pengenalan sistem surat penahanan Eropa, adalah bahwa mereka akan tetap memisahkan sistem eksekutif dari yudikatif, bahwa itu tidak dimaksudkan sebagai sistem yang alami dan natural untuk pihak yang meminta ekstradisi. Dan yang terjadi tidak seperti itu.
Nah, banyak hal semacam itu dalam kasus ini. Saya belum dituduh. Nah, apakah benar mengekstradisi seseorang ke negara dimana mereka tidak menguasai bahasanya, dimana mereka tidak memiliki keluarga, mereka tidak kenal pengacara, mereka tidak tahu sistem hukumnya? Jika anda bahkan tidak punya cukup bukti untuk menuntutnya, anda bahkan tidak mau datang menemui, seperti yang sudah sering kami tawarkan, untuk bicara dengan orang terkait.
Nah, komplain kami atas masalah-masalah semacam ini memicu sejumlah penyidikan di Swedia. Misalnya, majalah hukum terbesar di Swedia, yang mewawancarai dan melakukan survei kepada semua pengacara, dan mendapati bahwa sepertiga responden mengatakan, ya, bahwa keluhan atas sistem yudisial Swedia ini, adalah benar-benar suatu masalah. Disisi lain, itu juga memicu sebuah situasi dimana Perdana Menteri dan Menteri Kehakiman Swedia telah secara pribadi mengecam saya dan bilang – PM Swedia biang bahwa saya telah dituduh, kepada publik Swedia, padahal saya belum pernah.
Makanya ini adalah situasi yang rumit. Swedia – Swedia sekarang sudah beda dengan Swedia jamannya Olof Palme di tahun 1970an. Baru-baru ini Swedia mengirim tentara – mengesahkan peraturan untuk mengirim Marinir ke Libya. Swedia adalah negara kelima yang mengirim jet tempur ke Libya. Dan ini adalah dinamika yang berbeda yang tengah berlangsung sekarang, dan kita harus berhati-hati dalam menanganinya. Jadinya, adalah satu hal untuk mencermati perbedaan dalam hal pelaksanaan sistem peradilan, tapi adalah hal lain untuk mentoleransi perbedaan apapun. Dan saya kira di UE sekarang perbedaan adalah bukan hal yang bisa ditolerir.
Maksud saya, apa yang bisa mencegah sistem peradilan di UE agar tidak ambruk dan membusuk? Kita bilangnya ada saling pengakuan. Ada saling pengakuan antara Inggris dan Rumania. Bagaimana kalau sistem hukum Rumania ambruk? Siapa yang harus bertanggungjawab? Siapa yang akan memeriksanya? Apakah birokrat di Komisi Eropa yang akan memeriksa sistem hukum Rumania? Tidak. Satu-satunya pendekatan yang berkelanjutan dalam memeriksa sistem hukum UE adalah proses ekstradisi. Karena itu, para pengacara dan korban ekstradisi inilah yang mempunyai motivasi terbesar untuk memeriksa kualitas keadilan di negara-negara dimana mereka diekstradisi. Dan sebuah sistem yang sehat adalah sistem yang membolehkan pemeriksaan dari luar, sehingga bisa mencegah sistem peradilan Eropa agar tidak membusuk. Tapi sistem surat penahanan Eropa menutup kemungkinan untuk melakukan hal itu. Kita tidak bisa secara terbuka untuk memeriksa fakta sama sekali dalam kasus ekstradisi. Hal itu benar-benar tidak mungkin. Yang kami pertanyakan Cuma masalah apakah dokumen dua halaman yang diisi, yang secara harfiah ada kolom isian “pemerkosaan”, adalah dokumen yang valid.
AMY GOODMAN: Kita akan akhiri dengan Slavoj Žižek.
SLAVOJ ŽIŽEK: OK, pertama, saya sedih tidak ada waktu untuk membahasnya, sebab sekali lagi, saya menemui hal ini. Yang saya maksudkan dengan “ini” adalah saling pengakuan yang aneh ini dan ini adalah persis – kalau dipikir-pikir, apa yang anda sampaikan – adalah semacam paradoks Kafkaesquean, diekstradisi bahkan tanpa dituduh. Maksud saya, apa kita sadar apa yang terjadi? Tapi gak usah membahas itu. Pertama, saya tidak bisa menahan diri untuk tidak memberi komentar yang saru – tapi manis – tentang bagaimana, ketika anda bilang bahwa anda tinggal dengan Putri Mesir, ya ampun, saya berharap akan ada tokoh fundamentalis AS yang bilang, “Ah, baguslah, sekarang sudah jelas semua. Disana, anda dirayu oleh Putri itu yang sebenarnya adalah agen AlQaeda, dan kemudian anda berubah menjadi agen teroris untuk menjalankan agenda terorisnya.” OK, ke masalah yang lebih –
AMY GOODMAN: Kita Cuma punya waktu satu menit.
SLAVOJ ŽIŽEK: OK, yeah, yeah, tapi satu menit dalam artian Kristen yang luas, dimana waktu adalah abadi dan sebagainya. OK, singkat saja, pertama, dokumen Palestinian Papers, jenis yang bisa memicu pergolakan, entah anda setuju atau tidak. Saya sudah membacanya. Yang sangat menyedihkan bagi saya adalah apa yang selalu dibilang sejumlah kawan liberal Israel saya, ”Dengar, kami mengakuinya. Kami memang melakukan kejahatan di Tepi Barat. Tapi mustahil untuk negoisasi jika anda selalu di bom.” Dan entu saja, jika kita mencermati apa yang berlangsung di Gaza, Tepi Barat, praktis berlangsung suasana damai yang total selama 5, 6 tahun terakhir atau bahkan lebih. Gambaran yang kita dapatkan dari dokumen ini adalah bahwa ada semangat kompromi yang luar biasa dari pihak Palestina, menawarkan kepada Israel praktis seluruh Yerusalem, dan sebagainya. Dan sangat jelas bahwa pihak Israel-lah yang tidak tertarik untuk berdamai.
Poin Kedua, saya kita sangat penting istilah yang anda pakai, yaitu, tak-terbantah, mereka tidak lagi bisa membantahnya, dan sebagainya. Itu penting. Sebab kita hidup di tengah situasi dimana saya tahu anda tahu. Saya tahu bahwa anda tahu, anda tahu bahwa saya tahu. Tapi tetap saja kita bisa berlaku sinis, “Mari berlaku seolah-olah kita tidak sama-sama tahu.” Fungsi dari WikiLeaks, justru lebih penting lagi, menurut saya, dalam situasi politis, ideologis yang nyata, yang bisa kita pelajari adalah telah mendorong kita untuk sampai situasi dimana kita tidak lagi bisa berpura-pura tidak tahu.
Inilah kenapa – saya kasih contoh lainnya. Saya memang bukan pendukung penuh Obama, meskipun saya masih sedikit menghormatinya. Tapi ini adalah bentuk sinisisme yang paling murni. Ingatkah anda ketika terjadi kecaman dari kalangan Zionis ketika Obama sekedar bilang bahwa – bahkan bukan garis batas yang tegas – landasan perdamaian seharusnya adalah perbatasan tahun 1967. Ya ampun, reaksi yang muncul adalah seolah Obama baru saja menyatakan sesuatu yang – entahlah – menuruti perintah Al Qaeda atau semacamnya. Padahal ini adalah posisinya kebijakan resmi AS. Hanya saja keanehan dari situasi sekarang menjadikan apa yang sebenarnya adalah kebijakan resmi AS, sebagai bagian aturan tak-tertulisnya adalah, agar tidak diomongkan, diabaikan saja. Itulah situasi kita hari ini.
Lebih jauh lagi, Mesir, banyak sekali fakta yang bisa kita ambil dari Mesir. Kita, masyarakat di Eropa Barat, punya perilaku rasis spontan yang normal seperti berikut: tentunya kami akan menyambut gembira sebuah gerakan demokratis sekuler di negara-negara Arab; sayangnya, yang bisa mereka lakukan hanya gerutuan nasionalis, fundamentalis, anti-semitis bodoh. Sekarang, secara resmi, kita mendapatkan apa yang persis kita harapkan, sebuah pergolakan yang murni sekuler, dan tahukah anda apa reaksi kita? Contoh saru terakhir saya. Apa anda pernah nonton film karya François Truffaut, Day and Night? Dimana ada seorang pria yang ingin meniduri seorang gadis, sudah lama sekali mencoba merayunya, kemudian ketika akhirnya mereka sendirian akibat sebuah kecelakaan di pinggir sebuah danau, si pria mulai merayu lagi, ”Ayolah, cepat saja kita lakukan, kan gak ada orang disini.” Dan kemudian si gadis tiba-tiba bilang, “OK, ayo kalo gitu,” dan mulai membuka kancing bajunya. Si pria dengan gagap bilang, “OK, tapi maksudmu gimana, masa cuma begitu saja?” dimana dia benar-benar terkejut. Kita mengalami semacam yang dialami oleh si pria. Resminya, kita menginginkan demokrasi sekuler. Rakyat Mesir bilang, “OK, bajuku tak buka, nih ambil demokrasi sekuler bodohmu,” Dan “Uh-oh, gak mungkin lah kalian bisa melakukannya begitu saja.” Itu adalah sebuah contoh kemunafikan yang gamblang.
Nah, untuk benar-benar mengakhiri, mungkin hal terpenting, apa yang anda bilang Amy. Menurut saya, ini adalah salah satu cara menyimpulkannya. Bahkan jika kita mengabaikan WikiLeaks, dia telah merubah lapangan permainan. Bahkan di tingkat penerbitan, penyebaran informasi, anda telah mendorong batasan formalnya, sampai pada titik tak-terbantahkan. Tidak ada lagi yang bisa pura-pura WikiLeaks tidak terjadi. Dan akan menarik untuk mengelompokkan semua reaksi atas WikiLeaks. Maksudnya, sebagai dalam berbagai bentuk yang berbeda, dalam istilah psikoanalitis, represi, pengingkaran, dimana beberapa orang secara formal bilang, “Yeah, yeah”, tapi sambil berusaha menetralkannya, kayak, “Oh, bentuk lain dari kebebasan pers, jurnalisme investigatif.” Yang lain menuduh terang-terangan terorisme. Saya kira kalau saya ada dipihak mereka saya akan bilang, “Aslinya bagus sih. Hanya saja disalahgunakan oleh ekstrimis.” Jadi maksud saya adalah, untuk menyimpulkan, ini adalah saatnya kebenaran. WikiLeaks adalah sebuah event, tidak hanya karena apa yang ada didirinya sendiri, tapi karena tidak ada yang bisa mengabaikannya, dia sudah merubah seluruh lapangan permainan. Yang penting adalah jangan biarkan itu dinormalisasi, dan tetap teguh terhadap hal itu.
AMY GOODMAN: Sekedar catatan: Slavoj dan saya akan menandatangani buku di sisi kiri Lobi setelah acara ini, dan jika anda punya pertanyaan lain
SLAVOJ ŽIŽEK: Saya ogah ngomong sama orang
AMY GOODMAN: Tapi anda harus. Dan untuk mengakhiri saya ingin mengakhiri dengan pertanyaan ini. Julian, besok, 3 Juli, anda berusia 40. Apa harapan anda di masa depan?
JULIAN ASSANGE: Ya, ada sesuatu yang besar, dan mendalam di masa datang yang bisa kita harapkan. Itu adalah masa depan dimana kita semua bisa dengan bebas mengkomunikasikan hrapan dan mimpi kita, informasi faktual tentang dunia, dan catatan sejarah adalah sebuah item yang benar-benar utuh, tak akan bisa dirubah, dimodifiksi, dihapus, dan kita akan meninggalkan diktum Orwel, “dia yang menguasai masa sekarang akan menguasai masa lalu.” Dan itulah yang sepanjang usia saya selama ini saya perjuangkan. Dari dari hal itu, mengalirlah keadilan, sebab setiap kita memiliki sisi keadilan, dan sebagian besar dari kita memiliki intelegensia, dan jika kita bisa saling berkomunikasi, berorganisasi, tidak ditindas, dan tahu apa yang terjadi, maka semuanya akan mengikuti. Jadi, itulah harapan besar saya.
SLAVOJ ŽIŽEK Yang saya doakan buat anda, lebih dari yang lain, adalah Putri Mesir yang lebih cantik lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar